Mengenal 5 Ciri Trauma Psikologis Berupa Perilaku
Ilustrasi (Rodnae Production/Pexels)

Bagikan:

ACEH - Trauma psikologis terjadi akibat dari peristiwa buruk yang menimpa diri seseorang pada masa lalu. Penalaman buruk tersebut bisa membuat seseorang merasa tidak aman, tidak nyaman, dan tidak berdaya saat menghadapi dunia. Terkadang hal ini tak disadari, tetapi ada ciri trauma psikologis yang bisa membuat Anda lebih aware terhadap kesehatan mental, baik diri sendir maupun orang lain. 

Trauma psikologis akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Beberapa di antaranya berkaitan dengan kecemasan, di mana hal tersebut lahir sebagai bentuk respons terhadap luka masa lalu. Perilaku ini terkadang muncul--mungkin sering muncul--tetapi tak terlalu disadari. Dikutip VOI dari Psychology Today, berikut adalah beberapa perilaku yang kemungkinan merupakan bentuk respons terhadap trauma psikologis. 

Ciri Trauma Psikologis Berupa Perilaku

Sering menghindari panggilan telepon

Bagi seseorang yang tidak memiliki kecemasan sosial, menjawab dan menghindari panggilan telepon tampak seperti hal biasa. Namun, bagi seseorang dengan rasa cemas berlebih, saat menjawab panggilan telepon, rasanya seperti ada lonjakan adrenalin dan kortisol dalam diri. Pun saat harus menjawab telepon dadakan, ia akan merasa bingung, gugup ketakutan, hingga terbata-bata saat berbicara. Jika Anda mengalami ini, itu artinya trauma masa kecil berhubungan dengan perasaan sering dipermalukan orang tua di depan umum.

Gugup atau tidak nyaman saat duduk terlalu dengan dengan orang lain

Ini disebut juga dengan istilah Agoraphobia. Para ahli menduga bahwa fobia keramaian disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor, seperti masalah psikologis, trauma masa lalu, faktor keturunan, dan gangguan kepribadian.

Orang dengan Agoraphobia kemungkinan besar mengalami kehilangan privasi saat masih kecil. Makanya, saat beranjak dewasa ia cenderung lebih berhati-hati dengan orang disekitarnya. Tak heran, jika orang-orang dengan Agoraphobia menghadirkan personal space atau jarak pribadi antara mereka dengan orang-orang agar privasinya tetap terjaga.

Suka meminta maaf

Ketika terus-menerus dikritik atau terus-menerus dibuat merasa seakan-akan semuanya adalah kesalahan Anda, maka cepat atau lambat rasa malu yang kuat akan muncul dalam diri. Ini bermanifestasi dalam perilaku terus-menerus meminta maaf secara berlebihan, bahkan ketika Anda tidak melakukan kesalahan apa pun. Ini merupakan akibat dari pelecehan emosional atau pengabaian di masa kanak-kanak.

Tidak ingin orang bertamu ke rumah

Ada juga orang yang tak ingin tamu berkunjung ke rumah karena tak dapat mengontrol kapan mereka harus pergi. Hal ini sering kali disebabkan karena tidak dapat mengontrol ruang aman Anda sendiri, seperti tumbuh di rumah yang batasannya kabur dan privasinya dilanggar.

Makan atau minum berlebih

Orang yang memiliki gangguan makan sering memiliki riwayat pengalaman masa kecil yang buruk dan trauma. Meski tidak semua pola makan dan minum yang tidak sehat termasuk dalam kriteria gangguan psikologis, namun hal ini sering dikaitkan dengan pengalaman buruk atau kebutuhan yang tidak terpenuhi di masa kanak-kanak.