Richard Eliezer Alias Bharada E Akhirnya Diperiksa Komnas HAM
Rumah singgah Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan. Lokasi baku tembak Bharade E dengan Brigadir J. (Rizky Sulistio-VOI)

Bagikan:

ACEH - Setelah lama tak terlihat, Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E akhirnya menampakkan diri ke hadapan publik. Pada Selasa, 26 Juli, lali dia memenuhi panggilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Selain Richard Eliezer, pemanggilan Komnas HAM juga dihadiri oleh lima ajudan atau aide de camp (ADC) Irjen Ferdy Sambo yang lain. Keenam orang itu dipanggil oleh Komnas HAM untuk dimintai keterangan terkait baku tembak di rumah dinas Ferdy Sambo yang berakhir dengan kematian Brigadir J pada Jumat, 8 Juli.

Keterlibatan Bharada E dalam Kasus Tewasnya Brigadir J

Dalam pemeriksaan yang digelar selama 5 jam, sejak pukul 13.25 WIB, Bharada E mengaku bahwa dirinya terlibat dalam aksi baku tembak yang menewaskan Brigadir J.

"Sepanjang yang kami periksa, Bharada E menjelaskan banyak hal salah satunya adalah soal menembak," terang Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, dalam jumpa pers di Gedung Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Juli, malam.

Meski demikian, Anam belum bisa membuat kesimpulan dari pengakuan Bharada E yang berhubungan dengan peristiwa baku tembak itu. Itu karena, lanjut Anam, apa yang ditanyakan oleh Komnas HAM bersifat luas atau deskriptif.

"Makanya tadi panjang sekali proses permintaan keterangannya, karena jawabannya deskriptif. Jadi kalau minta kesimpulan dan sebagainya kami belum bisa menyimpulkan karena jawabannya kami meminta deskriptif," jelas Anam, seperti dikutip VOI.

Anam hanya menegaskan, Bharada E merupakan sosok yang terlibat dalam peristiwa baku tembak yang menewaskan Brigadir J. Bharada E juga masuk dalam struktur peristiwa di rumah dinas Kadiv Propam Polri tersebut.

"Apakah dia ada dalam struktur peristiwa dia, ada dalam struktur peristiwa," ungkap Anam.

Pengungkapan Hasil Pemeriksaan

Anam menjelaskan bahwa setiap ajudan, termasuk Richard Eliezer, menjalani pemeriksaan secara terpisah dan mendapatkan pertanyaan yang sama. Namun, tambah dia, ada beberapa pertanyaan khusus ke setiap ajudan sesuai kontribusi masing-masing.

"Diajukan pertanyaan yang sama, tapi semua ditanya sesuai kontribusi, jadi ada spesifikasi pertanyaan, tapi semua ajudan mempunyai pertanyaan yang sama," terangnya.

Anam mengatakan, Komnas HAM akan mengumumkan ke publik terkait pemeriksaan seluruh ajudan Irjen Ferdy Sambo. Namun, pihaknya perlu waktu untuk bisa menyimpulkan hasil pemeriksaan.

"Kami tidak bisa menjelaskan karena panjang sekali dan itu nanti akan kami munculkan di laporan akhir," katanya.

Pemeriksaan Ajudan Irjen Ferdy Sambo Sambil Menggunakan Dua Model

Untuk diketahui, Komnas HAM telah memeriksa enam dari tujuh ajudan Irjen Ferdy Sambo yang diminta hadir pada Selasa, 26 Juli. Hingga pukul 10.00 WIB, hanya lima ajudan yang hadir. Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E baru datang pada pukul 13.25 WIB, padahal dia adalah sosok utama yang diduga terlibat dalam baku tembak dengan Brigadir J.

Anam mengatakan, satu ajudan lain yang belum diperiksa tengah berada di luar kota sehingga belum dapat memenuhi panggilan Komnas HAM.

Komnas HAM menjelaskan, pemeriksaan terhadap ketujuh ajudan Irjen Ferdy Sambo dilakukan guna mengonfirmasi berbagai temuan yang sebelumnya telah didapat dari hasil menggali fakta kepada keluarga Brigadir J, ahli, dan tim forensik. Termasuk terhadap satu temuan yang dianggap menjadi kunci dalam kasus ini.

"Pertama pasti kami akan mengkonfirmasi beberapa yang sudah keluar di publik ya, terkait Brigadir J misalnya tembak menembak dan sebagainya itu pasti," kata Anam.

Meski belum dapat memerinci hal tersebut, namun Anam mengatakan bahwa informasi itu hanya bisa dikonfirmasi kepada personel yang melekat kepada Ferdy Sambo, salah satunya adalah para ajudan.

"Tapi yang lain sebenarnya kami punya satu yang lebih mendalam yang kami dapatkan sudah agak lama, diproses awal kami melakukan pendalaman peristiwa ini. Itu kami sudah punya satu peristiwa-peristiwa yang memang hanya bisa dikonfirmasi kepada ADC, bukan kepada yang lain," paparnya.

"Jadi aide de camp (ADC) ini menjadi salah satu pilar utama dalam konstruksi peristiwa dan bagaimana melihat peristiwa kematian Brigadir J ini," sambungnya.

Dalam pemeriksaan terhadap para ajudan, Anam mengatakan Komnas HAM menggunakan dua model. Pertama dengan sendiri-sendiri dan kedua secara bersama-sama.

"Ada dua model yang akan kami lakukan, memang pasti sendiri sendiri dan ada yang satu tempat bersama. Karena kami pengen tau detail apa yang terjadi, konteksnya apa dan sebagainya," katanya.

Selain pemeriksaan terhadap ajudan, pihak Komnas HAM juga telah menggali keterangan keterangan dari tim forensik guna memastikan sejumlah luka-luka yang ada di tubuh Brigadir J.

Artikel ini telah tayang dengan judul Pengakuan Bharade E soal Tembak Brigadir J Saat Diperiksa Komnas HAM.