Iran Akan Balas Dendam Kematian Qassem Soleimani jika Trump Tak Diadili
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bersama Presiden Ebrahim Raisi dalam pemakaman kenegaraan untuk mendiang Qassem Soleimani. (Wikimedia Commons/Khamenei.ir)

Bagikan:

ACEH - Beberapa waktu lalu Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dengan tegas meminta mantan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, diadili atas pembunuhan Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Jika hal tersebut tak dilakukan, Iran akan melakukan aksi balas dendam. Hal tersebut diungkapkan dalam peringatan dua tahun pembunuhan jenderal kharismatik itu.

Iran bersama kelompok-kelompok sekutunya di Irak dan negara-negara lain mengadakan acara untuk menghormati Soleimani, komandan Pasukan Quds, pasukan luar negeri dari Pengawal Revolusi elite. Soleimani tewas di Irak akibat serangan pesawat tak berawak pada 3 Januari 2020 yang diperintahkan oleh Donald Trump ketika masih menjabat sebagai presiden AS.

"Jika Trump dan Pompeo (mantan menteri luar negeri Mike) tidak diadili di pengadilan yang adil atas tindak pidana pembunuhan Jenderal Soleimani, kami akan membalas dendam martir kami," ungkap Raisi dalam pidatonya, Senin, diktuip VOI dari Reuters 4 Januari.

"Agresor, pembunuh dan pelaku utama, presiden Amerika Serikat saat itu, harus diadili dan diadili di bawah hukum pembalasan, dan keputusan Tuhan harus dilakukan terhadapnya," tegas Raisi.

Pengembangan Kasus Pembunuhan Qassem Soleimani

Di bawah hukum Iran, pembunuh yang dihukum bisa dieksekusi, kecuali keluarga korban setuju untuk mengambil "uang darah" melalui rekonsiliasi.

Sebelumnya, pejabat peradilan Iran telah melakukan komunikasi dengan pihak berwenang di sembilan negara setelah mengidentifikasi 127 tersangka dalam kasus tersebut, termasuk 74 warga negara AS. Hal tersebut diungkapkan oleh Jaksa Agung Mohammad Jafar Montazeri kepada televisi pemerintah.

"Mantan presiden kriminal (Donald Trump) ada di daftar teratas," ungkapnya.

Pada hari Minggu, Iran mendesak Dewan Keamanan PBB dalam sebuah surat meminta pertanggungjawaban Amerika Serikat dan Israel, yang menurut Teheran juga terlibat dalam pembunuhan itu, kata media Iran.

Beberapa hari setelah pembunuhan itu, Amerika Serikat mengatakan kepada PBB bahwa pembunuhan itu untuk membela diri. Jaksa Agung AS saat itu, William Barr, mengatakan bahwa Trump jelas memiliki wewenang untuk membunuh Soleimani dan jenderal itu adalah "target militer yang sah".

Peringatan Kematian Jenderal Iran

Untuk diketahui, ratusan pendukung kelompok milisi yang didukung Iran berkumpul pada Minggu di bandara internasional Baghdad untuk menandai peringatan kematian Soleimani dan untuk meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika.

Dua drone bersenjata ditembak jatuh pada Senin ketika mendekati pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS di dekat bandara internasional Baghdad, kata sumber keamanan Irak.

Pada Minggu malam, gerakan Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran menyita sebuah kapal kargo berbendera Uni Emirat Arab yang dikatakan terlibat dalam "tindakan permusuhan", tetapi menurut Arab Saudi membawa peralatan rumah sakit.

Terpisah di Israel pada hari Senin, surat kabar Jerusalem Post mengatakan situs webnya telah diretas dalam apa yang disebutnya sebagai ancaman nyata bagi negara itu, dengan ilustrasi yang mengingatkan pada Soleimani.

Artikel ini telah tayang dengan judul Iran Bersumpah Balas Dendam Atas Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani Jika Donald Trump Tidak Diadili.

Selain balas dendam Iran, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Aceh