Ayatollah Ali Khamenei Sebut Donald Trump dan Joe Biden Rusak Reputasi Amerika
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. (Wikimedia Commons/Khamenei.ir)

Bagikan:

ACEH - Beberapa waktu lalu pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan bahwa Joe Biden dan Donald Trump telah merusak reputasi Amerika Serikat (AS). Hal tersebut dia sampaikan dalam kritik langsung yang jarang dilakukan terhadap presiden AS, kantor berita resmi Iran, IRNA, melaporkan pada Selasa.

"Akhir-akhir ini, AS dipukul dengan cara yang tidak pernah diperhitungkan. Kedua presiden Amerika, saat ini dan mantan kepala negara, telah bergandengan tangan untuk menodai citra Amerika Serikat," terang Khamenei, dikutip VOI dari Reuters 9 Februari.

Sikap Ayatollah Ali Khamenei Terkait Perjanjuan Nuklir

Pada Juni lalu, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa Iran butuh realisasi tindakan nyata, bukan hanya janji untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 bersama kekuatan dunia.

"Saya telah mengatakan kepada negosiator kami bahwa tindakan, bukan janji, diperlukan untuk pemulihan kesepakatan nuklir," terangnya, mengutip The National News.

Sementara, pada Maret 2021 Khamenei mengungkapkan bahwa Iran tidak memercayai janji AS terkait kesepakatan nuklir, hingga Washington mencabut sepenuhnya sanksi terhadap Iran.

“Kami mempercayai Amerika pada masa (mantan Presiden Barack) Obama dan memenuhi komitmen kami. Tapi mereka tidak melakukannya. Amerika mengatakan di atas kertas, sanksi akan dicabut. Tetapi dalam praktiknya mereka tidak mencabut sanksi," ungkap Khamenei ketika itu.

"Janji mereka tidak memiliki kredibilitas bagi kita. Di atas kertas mereka mengatakan sanksi dicabut, tetapi mereka memberi tahu perusahaan mana pun yang ingin menandatangani kontrak dengan kami, ini berbahaya dan berisiko. Mereka membuat takut investor," tegas Khamenei.

Pembicaraan Perjanjian Nuklir

Untuk diketahui, Iran dan AS melanjutkan pembicaraan tidak langsung di Wina pada Selasa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan Washington di bawah pemerintahan Donald Trump pada 2018.

Sementara, Departemen Luar Negeri AS mengatakan negosiasi semacam itu memasuki "perpanjangan terakhir" mereka, para pejabat Iran telah menyatakan bahwa sebagian dari tuntutan mereka tentang penghapusan sanksi sejauh ini tidak dibahas dalam pembicaraan Wina.

Kedua belah pihak mengatakan, mereka menunggu keputusan politik akhir dari yang lain untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.

Pada hari Selasa, pejabat tinggi keamanan Iran, Ali Shamkhani, memperingatkan di Twitter bahwa "jalan menuju negosiasi tidak akan mulus" jika pemerintahan AS saat ini melanjutkan kampanye tekanan maksimum yang diluncurkan terhadap Iran oleh Trump.