Kotak Amal Disita karena Jadi Sumber Dana Teroris, Ini Penjelasan Ketua Kopolnas
Densus 88 sita kotak amal di Lampung (ANTARA/HO)

Bagikan:

ACEH - Penyitaan kotak amal milik kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung didukung bukti kuat dan bisa dipertanggungjawabkan. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto.

"Densus ketika menyita kotak amal tentunya sudah didukung bukti yang kuat dan harus dipertanggungjawabkan di depan pengadilan," terang Benny, Selasa, 9 November.

Mantan penyidik Tim Densus 88 Antiteror Polri ini mengatakan, jika ingin melumpuhkan organisasi teroris, salah satu caranya adalah mematikan sumber dana mereka.

Terkait sumber pendanaan teroris tersebut, Benny mengatakan bahwa Para Wijayanto, pemimpin jaringan teroris JI, memiliki kemampuan mengelola organisasi dengan sangat profesional karena latar belakangnya adalah pebisnis.

Strategi Pendanaan Teroris dengan Kotak Amal

Benny mengungkap latar belajar Para Wijayanto, yaitu pernah bekerja di lima perusahaan dan terakhir sebagai HRD perusahaan besar di Jawa Tengah. Dia lulusan fakultas teknik salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah.

"Dia (Wijayanto, red.) pernah belajar cara membuat senjata di Filipina Selatan. Saya mempelajari strategi yang dia buat memang sangat bagus dan mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat," ungkat Benny.

Menurut Benny, sebelum kepemimpinan Para Wijayanto, organisasi JI dipimpin oleh pimpinan berlatar belakang pendidikan agama sehingga penggalangan dananya sangat terbatas, seperti sumbangan dari infak, sedekah, dan hasil fa'i (perampokan bank dan sebagainya), atau sumbangan dari Al Qaeda.

Para Wijayanto, lanjut Benny, telah menyusun buku inti strategi "Tamkin" yang isinya termasuk cara membangun jaringan dan menggalang dana. Salah satu cara penggalangan dana adalah melalui kotak amal yang disamarkan sehingga masyarakat tidak tahu siapa di balik kotak amal tersebut.

"Mereka bahkan punya bisnis legal sebagai sumber dana untuk mengelola organisasi, termasuk memberangkatkan ratusan anggotanya ke Suriah," kata Benny dikutip dari Antara.

Pendanaan ini, kata Benny, sangat penting bagi organisasi teroris. Pendanaan tersebut ibarat darah bagi tubuh manusia.

Untuk itu, Benny menekankan masyarakat harus belajar tentang perkembangan jaringan teroris yang semakin maju dan canggih agar tidak tertinggal informasi, baik cara teroris berkomunikasi dengan teknologi terkini maupun cara teroris mencari dukungan dana.

Oleh sebab itu marilah kita belajar tentang perkembangan jaringan teroris yang semakin maju dan canggih," kata Benny.

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri yang berlambang burung hantu, menangkap delapan orang yang diduga terlibat jaringan teroris kelompok Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung pada periode akhir Oktober sampai awal November 2021.

Kepolisian juga menyita 791 dan 500 kotak amal saat menangkap beberapa terduga teroris di Lampung minggu lalu.

Namun, penangkapan dan penyitaan itu dikritik oleh beberapa kelompok masyarakat, di antaranya politisi.

Anggota DPR RI Fadli Zon lewat akun Twitter pribadinya, Sabtu (6/11), mengunggah cuitan, "Densus 88 versus Kotak Amal. Islamofobia akut".

Artikel ini telah tayang dengan judul Karena Teroris Juga Butuh Dana untuk Beraksi, Kompolnas Dukung Pasukan Burung Hantu Sita Kotak Amal.

Selain kotak aman terkait teroris, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!