Lansia Berisiko Alami Masalah Gizi karena Dirundung Rasa Sepi
Ilustrasi (Jacoblund/Istockphoto)

Bagikan:

ACEH - Nafsu makan orang lanjut usia (lansia) bisa menurun saat kesepian. Hal ini rentan timbulkan masalah gizi pada para lansia. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia, Siti Setiati.

"Lansia kita cukup banyak yang hidup sendiri, kesepian membuat lansia malas makan," terang Siti, diktuip VOI dari ANTARA.

Sebab Munculnya Masalah Gizi pada Lansia

Anda yang muda pasti tahu bahwa kesehatan mental adalah persoalan yang penting dan harus dijaga. Nah, kesehatan mental lansia juga perlu dijaga sebab keterasingan dan kesepian berpengaruh terhadap keinginan mengonsumsi makanan bergizi. Rasa sepi bisa mendorong lansia menghabiskan waktu dengan berdiam diri, misalnya tidur dan menonton televisi.

"Kesepian menyebabkan orang kehilangan nafsu makan karena makan itu kegiatan sosial," jelas dia.

Masyarakat diminta waspada jika tubuh lansia semakin kurus dari waktu ke waktu, terutama jika pola makannya bukan untuk mengurangi berat badan. Jika berat badan turun dalam kurun tiga bulan dan nafsu makan berkurang, lansia tersebut berkemungkinan mengalami gangguan nutrisi. Di Indonesia, sebanyak 34,71 persen lansia tinggal bersama keluarga tiga generasi. Angka ini turun 6 persen dibanding tahun sebelumnya.

Berinteraksi dengan keluarga merupakan salah satu kunci penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Para lansia memiliki kesempatan yang lebih besar untuk merasakan keterlibatan sosial yang bisa menghadirkan perasaan bahagia. Kondisi ini bisa menurunkan risiko lansia merasa kesepian atau diabaikan.

Lansia Butuh Interaksi Sosial

Siti menyarankan agar lansia tidak hidup sendirian. Disarankan agar lansia tinggal bersama keluarga, seperti anak dan cucu, agar bisa terus berinteraksi dengan banyak orang dan mengusir risiko kesepian. Bila memungkinkan, dia menganjurkan tiga generasi hidup di atas atap yang sama agar lansia tidak merasa terasing atau ditinggalkan.

"Tapi tidak mudah karena di era sekarang anak-anak ingin mandiri dan itu tantangan," katanya.

Ia menegaskan yang penting harus ada interaksi antaranggota keluarga yang menciptakan kebahagiaan bagi para lansia. Interaksi bersama anak atau cucu dapat menyuntikkan rasa bahagia. Membuat lansia lebih bersemangat untuk menjalani hari dan mengonsumsi makanan bergizi.

"Keterlibatan sosial itu salah satu faktor lebih penting dari gen. Orang panjang umur faktornya bukan semata-mata gen, tapi kebahagiaan penting untuk dibangun," papar Siti.

Ia berpesan kepada masyarakat agar tetap melibatkan lansia dalam aktivitas sehari-hari agar tidak merasa tertinggal, apalagi terisolasi. Berikan informasi dan hal-hal baru kepada lansia. Ajaklah orangtua untuk memberikan pendapat dalam kehidupan sehari hari, hingga bepergian bersama untuk menghibur diri di luar rumah.

Kondisi batin menjadi penting sebab fisik bukan satu-satunya faktor yang jadi indikator kesehatan. Siti menuturkan, sehat adalah ketika semua aspek seimbang, mulai dari fisik, mental, sosial dan juga spiritual. Dari sisi kesehatan fisik, Siti menjelaskan lansia membutuhkan nutrisi yang seimbang dengan karbohidrat, protein dan juga mineral.

Protein adalah yang utama untuk para lansia. Sebab, lansia membutuhkan asupan gizi untuk menjaga kualitas otot dan kesehatan tubuh. Ia mengingatkan lansia untuk tetap beraktivitas fisik secara rutin setidaknya 150 menit setiap pekan, seperti berjalan kaki atau berenang.

Olahraga sambil mengangkat beban untuk meningkatkan kekuatan otot juga disarankan. Namun, semuanya tetap disesuaikan dengan kondisi lansia. Bila memang ada keterbatasan fisik, seperti hanya bisa duduk di kursi roda atau berbaring di tempat tidur, bergerak bisa dilakukan sebisanya.

Artikel ini telah tayang dengan judul Masalah Gizi Rentan Dialami Lansia yang Sering Merasa Kesepian, Penelitian Membuktikan.

Selain masalah gizi lansia, ikuti berita Aceh terkini. Klik link tersebut untuk berita paling update wilayah Aceh.