ACEH - Pernahkan Anda merasa lapar ketika sedih? Tanpa disadari, Anda mencari makanan untuk dimakan dengan lahapnya, padahal mulut Anda baru saja selesai mengunyah makan siang. Makan yang dilakukan karena rasa lapar fisik berbeda dengan makan karena dorongan emosional. Makan karena dorongan emosional atau emotional eating merupakan keinginan makan untuk menghilangkan stres, untuk self-rewards, atau untuk merasa lebih nyaman.
Emotional eating merupakan kegiatan memanfaatkan makanan untuk membuat diri merasa lebih baik, dikutip VOI dari Help Guide. Hal ini kerap menjadikan Anda hilang arah atau berlebihan karena tujuannya adalah memenuhi kebutuhan emosional, bukan perut. Salah satu yang bisa mendorong Anda hidup tidak sehat keinginan mengonsumsi junk food atau makanan yang tidak mendukung pola hidup sehat.
BACA JUGA:
Makan yang dilakukan karena dorongan emosional tidak akan memperbaiki persoalan emosional. Dalam banyak kasus, hal ini justru membuat orang menyesal, merasa bersalah, dan malu.
Membedakan emotional eating dan makan yang dilakukan karena lapar secara fisik bukanlah perkara mudah, apalagi jika Anda sering menggunakan makanan untuk mengatasi pergolakan perasaan Anda. Perbedaan antara kedua perilaku tersebut adalah satu bersifat alamiah panggilan senyawa kimiawi tubuh, sedangkan yang lain adalah dorongan emosi.
Membedakan Emotional Eating dengan Makan karena Lapar Fisik
1. Emotional eating datang tiba-tiba
Kelaparan fisik datang lebih lambat dari rasa lapar emosional. Emotional eating bisa menjalar dalam sekejap, terasa luar biasa, serta mendesak. Dorongan untuk makan karena lapar tidak terasa menakutkan atau menuntut kepuasan instan, kecuali Anda sudah lama tidak makan.
2. Emotional eating ingin makanan yang menenangkan
Jika diperbandingkan berdasarkan logika, makanan sehat dan makanan yang menenangkan bisa jadi berbeda. Saat Anda lapar secara fisik, hampir semua hal terdengar baik termasuk sayuran dan makanan sehat yang mengandung mikro ataupun makro nutrien.
Tetapi rasa lapar emosional menginginkan makanan dengan cepat, manis, dan memberikan dorongan instan. Misalnya, tiba-tiba saja Anda merasa membutuhkan kue keju, pizza, dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
3. Emotional eating bisa memicu makan tanpa berpikir
Sebelum Anda menyadarinya, karena dorongan emosional, Anda telah makan sekantong penuh keripik atau satu kotak es krim tanpa benar-benar memperhatikan atau menikmati sepenuhnya. Sedangkan saat Anda lapar fisik, ada panggilan rasa lapar sebelum merespons dan biasanya lebih sadar akan apa yang Anda lakukan.
4. Lapar emosional tidak terhenti oleh kenyang
Karena kesehatan emosi Anda terganggu, Anda terus menginginkan sesuatu dengan lebih dan lebih. Seringnya lapar emosional akan berhenti sampai perut terasa tidak nyaman. Di sisi lain, kelaparan fisik akan terpenuhi dan Anda akan merasa puas ketika perut Anda kenyang.
5. Emotional eating tidak terletak di perut
Rasa lapar fisik cukup familiar, perut akan terasa keroncongan atau sakit di perut sehingga membutuhkan asupan makanan atas panggilan alami tubuh. Tetapi pada saat mengalami emotional eating, Anda merasa lapar sebagai keinginan yang tidak biasa dan panggilan menggema di kepala.
Kelima perbedaan di atas, bisa Anda amati setiap kali mendapatkan dorongan makan. Cobalah untuk mengenali panggilan alami perut sehingga tidak menyesal ataupun merasa bersalah karena mengikuti dorongan emosi untuk makan.
Artikel ini telah tayang dengan judul Tak Semudah yang Dibayangkan, Kenali 5 Perbedaan Emotional Eating dan Lapar Fisik.
Selain perbedaan makan lapar fisik dan emotional eating, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Aceh.