Mengenal Berbagai Penyebab Gangguan Makan
Ilustrasi penyebab gangguan makan (Unsplash/Mahdi Chaghari)

Bagikan:

ACEH - Keinginan memiliki badan yang kurus, bugar, menarik, dan indah sering membuat orang berusaha terlalu keras. Motivasi untuk mendapatkan penilaian baik dari orang lain tidak hanya membuat berat badan turun. Tak jarang, hal ini malah membuat seseorang menderita gangguan makan.

Dikutip VOI dari Psychology Today, sekitar 20 juta perempuan dan 10 juta pria di Amerika Serikat menderita gangguan makan. Menurut Kristen Fuller, penulis, dokter, dan banyak menaruh perhatian pada kesehatan mental, anoreksia nervosa merupakan pembunuh nomor satu dari semua gangguan kesehatan mental. Gangguan makan tidak melulu disebabkan oleh makanan.

Gangguan makan yang paling dikenal dalam The Diagnostic & Statistical Manual (DSM-V) adalah anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorder. Dua gangguan lain dalam DSM dikenal sebagai Avoidant-Restrictive Food Intake Disorder (ARFID) dan Other Spesified Feeding and Eating Disorder (OSFED). Masing-masing gangguan tersebut memiliki tanda, gejala, dan kondisi yang berbeda, tetapi memiliki pemicu yang sama.

Beberapa Penyabab Gangguan Makan

Menurut American Psychological Association (APA), hal-hal berikut yang menjadi pemicu mendasar dan berkontribusi mengembangkan gangguan makan. Ini juga menunjukkan bahwa kesehatan mental berperan berdampak besar terhadap kesehatan fisik.

  • Trauma masa lalu
  • Harga diri rendah
  • Intimidasi
  • Hubungan orang tua yang buruk
  • Gangguan kepribadian ambang
  • Penyalahgunaan zat
  • Non-suicidal self-injury disorder (NSSI)
  • Kepribadian prefeksionis
  • Kesulitan berkomunikasi emosi negatif
  • Kesulitan menyelesaikan konflik, dan
  • Genetika

Gangguan makan, menurut Fuller, bisa diobati dengan salah satunya psikoterapi. Pendekatan terapi, seperti dilakukan pada terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi perilaku dialek (DBT) yang bertujuan untuk mengenali dan mengurangi pikiran serta emosi berbahaya terkait dengan gangguan makan.

Dari situ kemudian mengembangkan mekanisme dan alat koping produktif untuk membantu individu terlibat dalam pikiran, emosi, dan perilaku positif untuk mengatasi trauma masa lalu dan harga diri rendah mereka. Latihan keterampilan juga bisa membantu untuk mengatur perhatian penuh, seperti dengan meditasi, terapi seni, dan pembangunan hubungan.