ACEH – Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), mengakui bahwa aturan larangan mudik 2021 akan berdampak cukup signifikan terhadap perekonomian nasional.
Menurutnya, mudik adalah aktivitas tahunan yang berpotensi besar untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga.
BACA JUGA:
“Ketika Lebaran harusnya ada peningkatan konsumsi makanan dan minuman, peningkatan konsumsi pakaian baru, kenaikan untuk transportasi, dan pengeluaran untuk transport dan hotel. Tetapi ini kemungkinan akan tertekan karena adanya himbauan pelarangan mudik,” jelas Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu, 5 Mei.
Kepala BPS Tetap Mendukung Larangan Mudik
Dia mengatakan, pelarangan mudik berarti membatasi pengeluaran transportasi, rekreasi, dan pengeluaran hotel serta transportasi. Ketiga komponen itu jika dijumlahkan maka akan menyokong sekitar 25 persen dari konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga memiliki peran 56,9 persen dari pembentukan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Untuk diketahui, PDB pada kuartal I 2021 atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp3.969 triliun.
Jadi bisa dibayangkan berapa potensi ekonomi yang hilang akibat pelarangan mudik pada tahun ini. Meski demikian, Suhariyanto memilih tetap mendukung anjuran pemerintah yang meminta masyarakat untuk menahan diri dalam merayakan Idulfitri 2021 dengan tetap membatasi mobilitas secara terukur.
“Tapi pilihan terbaik yang bisa kita ambil di tengah pandemi COVID-19 adalah dengan tetap mematuhi kebijakan pemerintah agar dapat mencegah penyebaran pandemi,” tegasnya.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk melarang masyarakat melakukan mudik mulai 6 Mei hingga 17 Mei 2021.
Langkah ini diambil untuk mencegah meningkatnya angka kasus dan penyebaran COVID-19 di tengah pergerakan masyarakat yang besar dalam waktu bersamaan.
Artikel ini telah tayang di VOI.id dengan judul Akui Larangan Mudik Berpengaruh Besar Terhadap Ekonomi, BPS: Pilihan Bijak Tekan Pandemi. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!