ACEH - Dalam upaya mencegah penyebaran cacar monyet atau monkeypox di Tanah Air, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaktifkan sistem surveilans di seluruh pintu masuk ke wilayah Indonesia. Hal tersebut dilakukan setelah ditemukan kasus penularan penyakit tersebut di beberapa negara, termasuk negara-negara di Asia.
"Sejak muncul monkeypox (cacar monyet) di beberapa negara, Kemenkes sudah melakukan surveilans aktif di semua pintu masuk negara, terutama di bandara dan pelabuhan laut," terang Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, di Jakarta, Senin 24 Juli, dikutip VOI.
Upaya Pencegahan Kemenkes RI terhadap Cacar Monyet
Dalam upaya surveilans, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan pemeriksaan terhadap setiap pelaku perjalanan yang datang dari negara-negara dengan kasus penularan cacar monyet. Petugas melakukan pemeriksaan suhu tubuh serta indikasi gejala cacar monyet.
"Umumnya gejala monkeypox ditandai warna kemerahan atau ruam, bintik merah, tonjolan kecil pada kulit yang gampang dilihat di bagian wajah juga di telapak tangan," terang Maxi.
Ia mengatakan, pemerintah juga melakukan surveilans terhadap kelompok yang tergolong rentan terserang cacar monyet, termasuk kelompok penyuka sesama jenis.
BACA JUGA:
"Kami akan melakukan surveilans ketat pada kelompok ini bekerja sama dengan beberapa organisasi maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM)," katanya.
Maxi mengatakan, berdasarkan laporan jaringan laboratorium serta fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, hingga saat ini belum ada kasus penularan penyakit cacar monyet di Indonesia.
"Sampai saat ini belum ada kasus, baik konfirmasi, probable, maupun suspect monkeypox," ujarnya.
Maxi mengimbau warga menerapkan protokol kesehatan, terutama mencuci tangan usai aktivitas, serta menghindari kontak langsung dengan orang yang mengalami gejala serupa gejala cacar monyet.
Warga yang mengalami gejala serupa penyakit cacar monyet dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter.
"Utamanya gejala panas, kelainan pada kulit, bintik merah, vesikel berisi cairan atau nanah, dan yang paling khas kalau ada pembengkakan kelenjar getah bening pada leher dan selangkangan," kata Maxi.
Di samping mengaktifkan surveilans, Kemenkes menyiapkan laboratorium untuk mendukung pemeriksaan kasus infeksi virus penyebab penyakit cacar monyet di semua provinsi di Indonesia.
Peringatan dari WHO
Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization/WHO, sudah meminta negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk memperkuat sistem pengawasan guna mencegah penularan penyakit cacar monyet.
Lebih dari 16.000 kasus penularan penyakit cacar monyet dilaporkan telah terjadi di 75 negara, termasuk tiga kasus di India dan satu kasus di Thailand.
Penularan cacar monyet dilaporkan terjadi pada warga India yang baru pulang dari Timur Tengah dan pelaku perjalanan internasional yang tinggal di Thailand.
Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi WHO, penyakit cacar monyet bisa menular dari binatang ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dan mukosa dari hewan yang terinfeksi virus penyebab cacar monyet.
Sedangkan penularan cacar monyet dari manusia ke manusia bisa terjadi akibat kontak dengan sekresi saluran respirasi, lesi kulit dari orang yang terinfeksi, atau benda-benda yang terkontaminasi virus.
Masa inkubasi atau interval dari infeksi sampai kemunculan gejala penyakit cacar monyet biasanya dari enam sampai 13 hari, tetapi bisa juga berkisar lima sampai 21 hari.
Menurut WHO, peningkatan kewaspadaan terhadap faktor-faktor risiko penularan penyakit dan edukasi masyarakat mengenai tindakan yang perlu dijalankan guna mengurangi risiko penularan virus merupakan strategi utama dalam pencegahan penularan cacar monyet.