Berita Aceh Terkini: Bisnis Batok Kelapa Berikan Banyak Keuntungan bagi Pemuda Asal Pidie
Proses pembuatan arang briket dari batok kelapa untuk di ekspor ke luar negeri. (ANTARA)

Bagikan:

ACEH - Seorang pemuda asal Pidie, Aceh, Fadlullah (24), meraup untung hingga jutaan rupiah dari ekspor bisnis batok kelapa yang dia lakukan sejak pandemi COVID-19. Fadlullah merupakan pria kelahiran Gampong Padang, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie.

Dia berkuluah di UIN Ar-Raniry Jurusan Ilmu Politik. Jurusan Ilmu Politik mulai merintis usaha arang briket pada September 2019.

"Saya mulai merintis usaha batok kelapa di kebun seluas 1,4 hektare, ide awal saya peroleh dari media sosial (YouTube)," ungkap Fadlullah di Pidie, Rabu, 16 Maret, dikutip VOI dari Antara

Ide Bisnis Batok Kelapa dari YouTube

Terkait lahirnya ide tersebut, dia menjelaskan, perkuliahan daring akibat pandemi membuatnya jemu karena tak melakukan banyak aktivitas. Hal tersebut membuatnya melakukan pencarian di YouTube hingga akhirnya menemukan ide tersebut.

Dia menerangkan, setiap lima ton bahan baku batok kelapa yang dibakar bisa menghasilkan 1,5 ton arang briket. Keuntungan dari jumlah tersebut adalah Rp900 ribu hingga Rp1 juta rupiah.

Hasil pembakaran yang sudah menjadi arang briket itu diekspor ke Malaysia dan Thailand. Selain itu, hasil pembakaran tersebut juga bisa dijadikan shisha, kosmetik, dan pasta gigi.

Fadlullah mengumpulkan bahan baku batok kelapa dari pelaku usaha kue atau kelontong yang ada di Pidie dan Pidie Jaya. Dia membelinya dengan harga seribu rupiah per kilogram batok kelapa kering. 

Kemudian, bahan baku tersebut dilakukan pembakaran. Durasi pembakaran tergantung kondisi batok kelapa tersebut. 

“Jika basah prosesnya dua sampai tiga hari, siap untuk di lakukan pengayakan atau penyaringan menjadi arang briket. Sedangkan sisa debu dari pengayakan tersebut dijadikan untuk pupuk tanaman,” katanya.

Pengusaha Muda Pidie Ingin Bantu Ekonomi Masyarakat

Fadlullah mengatakan, dalam sebulan dia melakukan proses pembakaran tiga sampai empat kali atau selama 10 hari sekali. Hal tersebut tergantung ketersediaan bahan baku.

"Semoga usaha tersebut bisa membantu ekonomi masyarakat, dan sekarang ada dua orang pekerja yang ikut membantu saya melakukan usaha ini," kata Fadlullah.