ACEH - Ayesha Imthiaz, seorang muslim di India mengatakan bahwa langkah yang diambil oleh kampusnya untuk mengusir perempuan-perempaun berhijab merupakan bentuk penghinaan yang akan memaksanya untuk memilih antara agama dan pendidikan.
"Penghinaan diminta meninggalkan kelas saya karena mengenakan jilbab oleh pejabat perguruan tinggi telah mengguncang keyakinan inti saya," terang mahasiswa berusia 21 tahun dari Distrik Udupi Karnataka selatan, seperti dikutip VOI dari Reuters, 13 Februari.
BACA JUGA:
"Agama saya telah dipertanyakan dan dihina oleh tempat yang saya anggap sebagai kuil pendidikan," kata Ayesha.
"Ini lebih seperti memberi tahu kami, Anda memilih antara agama atau pendidikan Anda, itu hal yang salah," kritiknya setelah belajar selama lima tahun di mahatma Gandhi Memorial college di Udupi.
Diskriminasi Mahasiswi Muslim di India
Dia mengatakan, sejumlah perempuan muslim yang melakukan protes terhadap larangan tersebut menerima telepon ancaman dan dipaksa untuk tinggal di dalam rumah.
Sementara, pejabat perguruan tinggi mengatakan bahwa siswa diperbolehkan mengenakan jilbab di kampus dan hanya meminta mereka melepasnya di dalam kelas.
Udupi adalah satu dari tiga distrik di wilayah pesisir Karnataka yang sensitif dalam hal agama, yang merupakan kubu Partai Bharatiya Janata Party (BJP) sayap kanan Perdana Menteri Narendra Modi.
Kebuntuan telah meningkatkan ketakutan dan kemarahan di kalangan minoritas muslim yang mengatakan bahwa konstitusi negara memberi mereka kebebasan untuk mengenakan apa yang mereka inginkan. Protes atas larangan tersebut telah meningkat. Bulan ini ratusan orang berdemonstrasi di Kolkata dan Chennai.
Pekan lalu, seorang hakim di pengadilan tinggi negara bagian merujuk petisi yang menantang larangan tersebut ke panel yang lebih besar. Masalah ini sedang diawasi dengan ketat secara internasional sebagai ujian kebebasan beragama yang dijamin oleh Konstitusi India.
Kebebasan Beragama
Kantor Kebebasan Beragama Internasional (IRF) Amerika Serikat pada Jumat lalu mengatakan bahwa larangan jilbab melanggar kebebasan beragama dan menstigmatisasi serta meminggirkan perempuan dan anak perempuan.
Sebagai tanggapan, pada Sabtu lalu Kementerian Luar Negeri India mengungkapkan komentar dari luar atas masalah internal tidak diterima, sementara masalah itu sedang dalam peninjauan yudisial.
Untuk diketahui, Imthiaz dan enam gadis muslim lainnya yang memprotes larangan tersebut mengatakan, mereka bertekad untuk memperjuangkan kebebasan beragama mereka di hadapan beberapa siswa Hindu garis keras dan bahkan beberapa teman mereka.
"Sangat menyakitkan melihat teman-teman kita sendiri menentang kita dan mengatakan 'Saya punya masalah dengan Anda mengenakan jilbab.' Itu memengaruhi ikatan dan kesehatan mental kita," tukas Imthiaz.
Artikel ini telah tayang dengan judul Pelajar Muslim India Sebut Larangan Jilbab Memaksa Pilihan Agama atau Pendidikan.
Selain pelajar muslim di India, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Aceh.