ACEH - Hubungan sosial bisa rusak ketika cara mengekspresikan emosi tidak dilakukan dengan tepat, salah satu bentuknya adalah menghakimi. Apa alasan orang suka menghakimi orang lain? Orang yang tidak mampu bertanggung jawab terhadap emosinya sendiri biasanya mudah menghakimi.
Ini merupakan perilaku reaktif dalam menanggapi orang lain. Cara agar seseorang bisa lebih mawas diri dan tidak menghakimi adalah bertanggung jawab atas emosi, kecemasan, dan reaksi defensif diri sendiri.
BACA JUGA:
-
| LIFESTYLE
Mengenal Penyebab Umum Tantrum Anak agar Orang Tua Bijak dalam Bersikap
10 Juli 2022, 09:43
Dalam The Change Triangle, Hilary Jacobs Hendel secara praksis dan umum menunjukkan cara emosi bekerja dalam pikiran dan tubuh. Hendel mengatakan, setiap orang punya emosi sehingga kita harus belajar tentang emosi untuk menghindari kekerasan, kecemasan, emosi, dan trauma, dikutip VOI dari Psychology Today.
Alasan Orang Suka Menghakimi Terkait Kesadaran Emosi
Segitiga perubahan emosi bisa menjadi rem agar kita tidak mudah menghakimi, menuduh, dan menyalahkan orang lain. Kita perlu berkomunikasi pada tingkat yang lebih dalam dan menghentikan siklus negatif. Sebagai contoh, daripada menuduh orang lain telah merendahkan kita, lebih baik menenangkan diri dengan bertanya pada diri sendiri "emosi apa yang sedang kualami".
Mudahnya, seseorang perlu mengidentifikasi, memberi nama, dan menghormati semua emosi inti seperti kemarahan, rasa malu, dan kecemasan. Sebenarnya, menghakimi dan menuduh orang lain dilakukan oleh seseorang sebagai bentuk pertahanan diri.
Sayangnya, hal tersebut tidak diekspresikan dengan tepat, malah bisa melukai diri sendiri dan orang lain. Itu alasan seseorang lebih mudah menghakimi daripada mawas diri. Mawas diri perlu kesadaran emosi.
Pikiran manusia, menurut Hendel, selalu membuat penilaian dengan cepat. Namun setiap orang dan setiap hubungan membutuhkan kesadaran emosional. Mengapa? Karena dengan berkesadaran emosional, kita memiliki penilaian yang baru untuk tumbuh dan terhubung satu sama lain secara otentik.