Pengertian Hepatitis Akut dan Gejalanya
Ilustrasi alat kedokteran. (sumber foto: pixabay)

Bagikan:

ACEH - Saat ini kasus COVID-19 menurun, tetapi muncul hepatitis akut yang masih misterius. Banyak orang yang belum tahu pengertian hepatitis akut, termasuk gejala dan bahayanya. Sejak 15 April 2022, WHO menetapkan hepatitis akut sebagai kejadian luar biasa.

Berdasarkan catatan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), hepatitis akut telah menyebar di 12 negara dan ditemukan 170 kasus. Data ini menunjukkan bahwa hepatitis akut tidak boleh dianggap remeh.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat, di Indonesia sudah ditemukan adanya orang yang terindikasi terserang hepatitis akut. Sebanyak 3 orang bahkan terindikasi meninggal dunia akibat penyakit ini. Pemerintah juga telah menetapkan Rumah Sakit Sulianti Saroso sebagai rumah sakit rujukan untuk hepatitis akut.

Pengertian Hepatitis Akut dan Gejalanya

Apa itu hepatitis akut? Seperti telah dimuat VOI, hepatitis akut misterius termasuk penyakit baru.  Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Jakarta, Mohammad Syahril, menjelaskan ada beberapa gejala dari penyakit ini, antara lain perubahan warna menjadi kuning di sekitar mata dan badan serta hilang kesadaran. Hal tersebut merupakan penanda gejala berat yang dialami oleh pasien hepatitis akut misterius.

Sementara, dokter anak konsultan gastrohepatologi di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta, Hanifah Oswari, menjelaskan bahwa gejala awal yang spesifik antara lain diare, mual, muntah, dan sakit perut. Menurutnya, jika gejala tersebut berlanjut, pasien akan mengalami gangguan pembekuan darah dan penurunan kesadaran.

Dalam kondisi terparah, tim medis perlu melakukan transplantasi hati demi mencegah kematian. Menurut Hanifah, hepatitis akut misterius menyerang anak-anak di bawah 16 tahun dan lebih banyak lagi terhadap anak di bawah 5 tahun. 

Langkah Pemerintah Terkait Hepatitis Akut Misterius

Terkait situasi kesehatan ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mendorong upaya masif pelacakan hepatitis akut bergejala berat di setiap daerah. Menko PMK berharap bisa didapatkan kepastian terkait penyebaran kasus.

Langkah tersebut dilakukan agar hepatitis akut misterius tidak semakin menyebar dan bisa dilakukan berbagai upaya untuk pencegahan dini. Hal tersebut bisa dimaklumi sebab pada saat libur Lebaran jutaan orang melakukan mudik sehingga risiko penyebaran sangat besar.

Kemenkes juga melakukan penyelidikan epidemiologi (surveilans) lintas sektoral untuk mengantisipasi hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiolog).

Pemerintah juga telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada fasilitas layanan kesehatan, pemerintah daerah, kantor kesehatan pelabuhan (KKP), dan pemangku kepentingan, untuk memberikan dukungan dan kewaspadaan dini terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya tersebut.

Upaya tersebut patut diapresiasi. Tentu masyarakat masih ingat di awal munculnya COVID-19. Ketika penyakit ini menyebar di berbagai negara, pejabat yang berwenang di tanah air justru bersikap santai. Bahkan cenderung menggampangkan dengan berbagai pernyataan yang jejak digitalnya masih bisa dilacak. Artinya, jangan sampai kejadian serupa terulang.

Antisipasi sejak dini sangat perlu dilakukan. Jangan sampai lengah. Minimal sosialisasi ke masyarakat harus segera dilakukan. Karena berbagai informasi soal penyakit ini sudah menyebar lewat sosial media di masyarakat. Termasuk berita hoaks. Salah satunya bahwa hepatitis akut dikaitkan dengan vaksin COVID-19. Kabar yang secara resmi telah dibantah oleh Kemenkes.

 

Hingga saat ini hepatitis akut masih diteliti oleh instansi terkait yang berwenang. Namun, tidak ada salahnya mengikuti saran yang disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) yang mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan berhati-hati. Untuk mencegah infeksi terhadap penyakit tersebut dilakukan dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan pribadi, memakai masker dan menjaga jarak.

Masyarakat mau tidak mau memang harus tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Selain untuk mencegah COVID-19 yang melandai agar tidak kembali naik usai libur lebaran, setidaknya juga mengantisipasi hepatitis akut.

Selain langkah pencegahan di atas, pemerintah lewat badan terkait, sekali lagi jangan sampai lengah. Harus segera mengambil langkah-langkah kongkrit jika di lapangan ditemukan pasien dengan gejala terindikasi hepatitis akut. Jangan sampai penyakit ini makin menyebar. Langkah buruk saat pandemi COVID-19 baru muncul harus menjadi catatan penting. Jangan sampai terulang. Waspada.

Artikel ini telah tayang dengan judul Hepatitis Akut.