Militer Myanmar Gunakan Warga Sipil sebagai Tameng Hidup untuk Menghadapi Etnis Bersenjata
Ilustrasi militer Myanmar (Twitter/ChanPyaeHlaing2)

Bagikan:

ACEH – Bentrok antara rezim militer Myanmar dengan etnis bersenjata di Negara Bagian Chin masih terus terjadi sejak pengumuman status darurat militer diberikan di wilayah tersebut pekan lalu.

Pasukan Pertahanan Chinland-Hakha berhasil menewaskan enam tentara Myanmar serta melukai beberapa lainnya.

Dilansir The Irrawady Selasa 18 Mei, pejuang Pasukan Pertahanan Chinland-Hakha melakukan penyergaran terhadap sekitar 60 pasukan rezim yang tengah melakukan perjalanan di jalan raya Hakha-Falam pada Minggu petang. Para prajurit yang ada di empat kendaraan bergerak sebagai bala bantuan ke Hakha.

"Bentrokan itu berlangsung beberapa jam. Enam tentara junta tewas di tempat dan lebih dari 10 lainnya luka-luka. Seorang pejuang perlawan sipil juga tewas dalam baku tembak ini," ungkap salah satu anggota Pasukan Pertahanan Chinland-Hakha. 

"Kami menyergap pasukan sebagai pembalasan atas kejahatan perang junta dan terorisme terhadap warga sipil Mindat. Tindakan mereka tidak bisa diterima," lanjutnya.

Rezim Militer Myanmar Gunakan Warga Sipil sebagai Tameng Hidup

Selama empat hari pertempuran berkepanjangan di Mindat, Negara Bagian Chin, rezim militer Myanmar menggunakan berbagai persenjataan, seperti bahan peledak berat, artileri, granat berpeluncur roket, serta senjata otomatis. Bahkan mereka menggunakan dukungan helikopter. 

Selain itu, rezim militer menjadinya 18 warga sipil yang ditangkap sebagai tameng hidup untuk menghadapi etnis bersenjata di Kota Mindat.

Hingga Senin, 17 Mei, pasukan yang dikerahkan ke Mindat melakukan penembakan kepada siapa pun yang muncul di jalan sehingga tidak ada yang berani keluar, lapor penduduk.

Perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh penduduk Mindat dimulai pada 26 April dengan serangan di kantor polisi setelah rezim militer Myanmar melanggar janji untuk membebaskan tujuh pengunjuk rasa muda anti-rezim.

Pada 26 dan 27 April, Pasukan Pertahanan Mindat yang baru dibentuk menyerang bala bantuan militer yang mendekati kota menggunakan senjata api kunci perkusi buatan sendiri. Hasilnya, sekitar 20-an tentara junta tewas.

Pejuang perlawanan lokal dan pasukan junta telah bertempur selama empat hari di Mindat, sejak gencatan senjata akhir April 'berakhir' pada 12 Mei. Sedikitnya sepuluh tentara junta dan empat penduduk lokal tewas dalam baku tembak.

Artikel ini telah tayang di VOI.id dengan judul Kewalahan Hadapi Etnis Bersenjata, Militer Myanmar Jadikan Penduduk Tameng Hidup. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!