Rusia Konfirmasi Kehadiran dalam Pertemuan Menkeu G20, Delegasi Barat Akan Walk-out
Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 di Jakarta Februari lalu. (Sumber: G20.org)

Bagikan:

ACEH - Rusia akan menghadiri pertemuan menkeu G20 di Washington, Amerika Serikat (AS), pada Rabu ini. Terkait hal tersebut, beberapa menteri dari negeri Barat akan melakukan aksi walk-out.

Moskow mengonfirmasi pada Selasa bahwa Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, akan memimpin delegasi Rusia dalam pembicaraan tersebut. Hal tersebut akan dilakukan meski ada protes berulang kali oleh diplomat Barat. Hal tersebut terkait invasi Rusia di Ukraina yang dilakukan sejak 24 Februari 2022.

"Selama dan setelah pertemuan kami pasti akan mengirimkan pesan yang kuat dan kami tidak akan sendirian dalam melakukannya," ungkap sumber pemerintah Jerman, dikutip VOI dari Reuters, 20 April.

Delegasi Barat dalam Pertemuan Menkeu G20 Terkait Kehadiran Rusia

Di tempat lain, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, memiliki rencana untuk menghindari sesi G20 yang diikuti oleh pejabat Rusia, di sela-sela pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.

Meski demikian, Yellen akan hadir dalam sesi pembukaan tentang perang Ukraina terlepas dari partisipasi Rusia. Hal tersebut berdasarkan informasi dari seorang pejabat Departemen Keuangan AS.

Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak, dikabarkan juga tidak akan menghadiri sesi G20 tertentu, sebut sumber pemerintah Inggris kepada Reuters.

Seorang pejabat Kementerian Keuangan Prancis menyebut beberapa menteri dari negara-negara Kelompok Tujuh meninggalkan kursi mereka ketika delegasi Rusia akan berbicara.

Perpecahan melebar akibat perang di Ukraina. Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait masa depan G20 yang menjadi forum kebijakan ekonomi utama dunia.

G20 dalam Perekonomian Internasional

Dipahami sebagai platform bagi negara-negara kaya dan berkembang terbesar untuk bekerja sama dalam upaya pemulihan selama krisis keuangan global 2008--2009. Sejak itu G20 memulai segala hal dari reformasi pajak global hingga penghapusan utang pandemi dan perang melawan perubahan iklim, dengan catatan yang tidak merata.

"G20 berisiko terurai dan minggu ini sangat penting," ujar Josh Lipsky, direktur Pusat Geoekonomi Dewan Atlantik dan mantan penasihat IMF.

Jika demokrasi Barat membiarkan kelompok itu melemah demi G7 atau kelompok lain, itu akan menyerahkan pengaruh ekonomi yang signifikan ke China, tutur Lipsky.

"Rusia dapat bersekutu dengan China dan saya pikir itu hasil yang baik dari perspektif Rusia, benar-benar memberi mereka lebih banyak pengaruh daripada yang mereka miliki di badan seperti G20," sambungnya.

Pejabat Prancis dan Jerman itu mengatakan tidak akan ada komunike yang disepakati di akhir pertemuan, yang semula akan membahas keadaan ekonomi global dan mengoordinasikan vaksin dan upaya pandemi lainnya.

Selain negara-negara G7, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia, G20 juga menggabungkan negara-negara berkembang termasuk China, India dan Brasil yang memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana ekonomi global harus bekerja.

Invasi Rusia ke Ukraina dan fakta bahwa beberapa negara G20 telah memilih untuk tidak mengikuti sanksi Barat terhadap Rusia, hanyalah tantangan terbaru bagi upaya untuk membangun seperangkat aturan global untuk perdagangan dan keuangan.

Menjelang pertemuan G20, seorang pejabat tinggi IMF memperingatkan risiko ekonomi global yang terpecah-pecah.

"Satu skenario adalah satu di mana kita telah membagi blok yang tidak banyak berdagang satu sama lain, yang memiliki standar berbeda, dan itu akan menjadi bencana bagi ekonomi global," kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas kepada wartawan.

Secara terpisah, IMF memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh, mengutip perang Rusia di Ukraina, dan memperingatkan inflasi adalah "bahaya yang jelas dan sekarang" bagi banyak negara.