Joe Biden Sebut Rusia Harus Keluar dari G20, Indonesia Punya Sikap yang Jelas
Presiden Joko Widodo bersama Presiden Joe Biden. (Antara/Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden)

Bagikan:

ACEH - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berpendapat bahwa Rusia mesti dikeluarkan dari G20. Hal tersebut merupakan topik yang diangkat dalam pertemuan yang dia ikuti bersama para pemimpin Barat di Brussel pada Kamis lalu.

"Jawaban saya adalah ya, tergantung pada G20," ungkap Biden saat ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari kelompok tersebut, dikutip VOI dari Reuters, 25 Maret.

Biden mengatakan, jika negara-negara seperti Indonesia dan lainnya tidak setuju dengan penghapusan keanggotaan Rusia, dia menilai Ukraina harus diizinkan menghadiri pertemuan tersebut.

Rusia Tetap Diundang Menghadiri KTT G20 di Bali 

Sebelumnya, Indonesia yang saat ini menjadi Presidensi G20 tetap mengundang Rusia untuk menghadiri KTT G20 yang akan dilaksanakan pada akhir Oktober 2022. Menurut Staf Khusus untuk Penguatan Program-program Prioritas Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sekaligus Co-Sherpa G20, Dian Triansyah Djani, Indonesia akan tetap mengundang Rusia.

"Sebagai presidensi dan sesuai presidensi sebelumnya, Indonesia mengundang semua anggota," terang Dian dalam keterangan pers virtual, Kamis 24 Maret.

Dia menjelaskan, Indonesia dalam berbagai kesempatan memimpin organisasi dan forum internasional di dunia selalu berpegang pada aturan serta prosedur yang berlaku.

"Salah satu tugas presidensi, berkonsultasi dengan semua anggota. Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan juga, dan lainnya mengadakan konsultasi dengan semua pihak secara bilateral," jelasnya.

"Posisi kita jelas, kita akan melaksanakan tugas. Kami tidak akan mengomentari komentar orang lain," tandas Dian.

Posisi Rusia di G20

Diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat dan sekutu Baratnya menimbang, apakah Rusia harus tetap berada dalam G20 usai invasi ke Ukraina, sumber yang terlibat dalam diskusi mengatakan kepada Reuters.

Namun, setiap langkah untuk mengecualikan Rusia mungkin akan diveto oleh negara lain dalam kelompok itu, meningkatkan prospek beberapa negara alih-alih melewatkan pertemuan G20, kata sumber tersebut.

"Ada diskusi tentang apakah pantas bagi Rusia untuk menjadi bagian dari G20. Jika Rusia tetap menjadi anggota, itu akan menjadi organisasi yang kurang berguna," kata sumber senior G7.

Adapun China, negara yang tidak mengutuk invasi Rusia, malah mengkritik sanksi Barat, pada Rabu lalu membela Moskow. China menyebut Rusia sebagai "anggota penting" G20.

"Tidak ada anggota yang memiliki hak untuk memberhentikan negara lain sebagai anggota. G20 harus menerapkan multilateralisme yang nyata, memperkuat persatuan dan kerja sama," tegasnya dalam jumpa pers.

Terpisah, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, dalam keterangannya di Jakarta mengatakan, Presiden Rusia, Vladimir Putin, direncanakan menghadiri KTT G20 di Bali. Dia mengapresiasi posisi pemerintah Indonesia sebagai Presidensi G20 di tengah permintaan untuk tidak mengundang Rusia.