Impor Bahan Pangan Masih Lancar, Cinta Produk Dalam Negeri?
Johan Rosihan/Foto: VOI

Bagikan:

ACEH - Anggota Komisi IV DPR, Johan Rosihan, heran dengan pemerintah yang terus mengeluarkan izin impor bahan pangan. Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyatakan agar uang rakyat tidak digunakan untuk belanja produk impor. Beberapa barang impor bahkan dicap sebagai produk dalam negeri. 

“Ini sangat memprihatinkan, negara kita selalu bergantung dengan produk impor. Sepertinya arahan atau imbauan Presiden Jokowi soal bangga menggunakan produksi dalam negeri hanya candaan dan senda gurau belaka. Karena faktanya data impor selalu meningkat setiap tahun," terang Johan, Selasa, 5 April, dikutip VOI

Sikap Jokowi terhadap Kebijakan Impor Bahan Pangan

Johan mempertanyakan ketegasan Jokowi soal kemampuan menghentikan impor pangan. Dia menjelaskan, petani Indonesia di Indonesia mengalami banyak kesulitan, seperti harga bahan pangan pokok yang terus melonjak, naiknya harga pupuk nonsubsidi, serta anjloknya produksi lokal akibat tingginya beban biaya produksi. 

Johan mencontohkan, terkait komoditas cabai, pemerintah hanya beralasan faktor cuaca. Padahal, pasokan cabai yang minim dari petani disebabkan oleh menurunnya minat petani sebagai dampak dari rendahnya harga pada musim panen sebelumnya.

“Pada bulan lalu telah dilakukan impor cabai dengan jumlah sebanyak 1.572 ton yang bernilai 3 juta dolar AS, sementara pemerintah tidak mampu mengatasi kurangnya pasokan cabai supaya berasal dari produksi lokal dengan alasan persoalan cuaca ekstrem," jelas Johan.

Politikus PKS itu juga meminta pemerintah menjelaskan produksi bawang merah yang anjlok. Dia menegaskan, perlu ketegasan agar tidak dilakukan impor bawang merah pada Ramadan dan Lebaran tahun ini. Jika tidak, petani bawang Indonesia akan semakin terdampak efek negatif.

"Demikian juga dengan perkiraan total kebutuhan daging sapi dari Januari--Mei 2022 sebesar 301.466 ton. Lagi-lagi ternyata pemerintah melakukan rencana impor pada bulan puasa ini sebesar 103.019 ton," kata Johan.

Dia menjelaskan, pemerintah sebenarnya memiliki target produksi daging sapi sebesar 421,4 ribu ton. Jika target tersebut tercapai, lanjut Johan, Indonesia sebenarnya tidak perlu impor untuk memenuhi pasokan daging sapi sampai momen Lebaran kali ini.

"Jadi persoalan mendasar bagi pemerintah adalah kerja keras memberdayakan potensi peternakan nasional untuk mencapai target produksi daging sapi dan berhentilah untuk selalu mengandalkan impor daging," tegas Johan.

Cinta Produk Dalam Negeri?

Johan mengingatkan, adanya gerakan cinta produk dalam negeri seperti yang disampaikan Presiden Jokowi agar berani tidak impor, harusnya dimulai dari sektor pertanian dan peternakan. Pasalnya, sektor ini merupakan basis ekonomi dari kehidupan petani dan peternak nasional.

Tapi Johan menyesalkan ketidakberdayaan dan kegagalan pemerintah dalam menghadapi persoalan mahalnya sejumlah komoditas pangan, seperti minyak goreng, kedelai, daging sapi dan cabe. 

"Apalagi saat masuknya bulan puasa maka inflasi semakin meningkat, padahal sebelumnya sudah mengingatkan agar pemerintah bisa mewaspadai gejolak inflasi pangan pada tahun ini," tutup Johan Rosihan.

Artikel ini telah tayang dengan judul Harga Bahan Pokok Mahal Hingga Ada Rencana Impor Daging, DPR Pertanyakan Ketegasan Jokowi Hentikan Impor Pangan.

Selain impor bahan pangan, ikuti berita Aceh terkini. Klik link tersebut untuk berita paling update wilayah Aceh.