Konflik Rusia dan Ukraina Belum Usai, Sikap Pemerintah Indonesia Dinilai Tepat
Presiden Jokowi/DOK BPMI Sekretariat Presiden

Bagikan:

ACEH - Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang tidak menyebut "Rusia" dalam cuitan Twitter berisi pernyataan terkait perang di Ukraina dinilai sudah benar dan tepat. Hal tersebut disampaikan oleh anggota Komisi I DPR fraksi PKS, Sukamta.

"Sikap Kemlu sudah benar. Perang harus segera diakhiri dan semua perselisihan harus diselesaikan dengan perundingan," ujar Sukamta, Senin, 28 Februari, dikutip VOI.

Indonesia sebagai Penengah Konflik Rusia dan Ukraina

Meski demikian, Sukamta memiliki harapan agar Indonesia berperan aktif menjadi penengah dalam perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

"Saya berharap pemerintah RI secara pro aktif ikut berperan dalam menggalang perdamaian ini," terangnya.

Dia menilai, serangan militer yang dilakukan Rusia harus digiring ke meja perundingan. Peran dari negara lain dibutuhkan dalam hal ini.

"Ketika negara-negara besar terlibat dalam pertikaian, diperlukan aktor-aktor baru yang akan menjadi penengah atau mengajak mereka ke meja perundingan," tuturnya.

Menurutnya, peristiwa perang Rusia dengan Ukraina ini menjadi ujian kepemimpinan yang sesungguhnya bagi Jokowi. Sukamta ingin Jokowi berhasil mengambil peran dalam perang tersebut.

"Ini kesempatan RI yang juga sudah menjadi pemimpin G20 untuk mengambil peran tersebut. Saya kira ujian kepemimpinan yang sesungguhnya di sini. Ketika ada krisis besar dunia dan berhasil mengambil peran," kata Sukamta

Sikap Jokowi Terkait Perang

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dan Kementerian Luar Negeri RI sama sekali tidak menyebut Rusia dalam menyikapi invasi Rusia ke Ukraina.

Jokowi menyampaikan sikapnya terkait kondisi terkini dunia lewat cuitan Twitter pada Kamis, 24 Februari, yaitu di hari pertama invasi Rusia ke Ukraina.

Jokowi meminta setop perang, tapi tak menyebut kepada siapa cuitan itu ditujukan.

"Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia," demikian bunyi cuitan Jokowi.

Di hari yang sama, akun Kementerian Luar Negeri Indonesia juga menyampaikan sikap pemerintah Indonesia lewat akun Twitter resmi. Sikap itu menyinggung soal 'serangan militer di Ukraina' tapi tak menyebut 'Rusia'.

"Penghormatan terhadap tujuan dan prinsip piagam PBB dan hukum internasional, termasuk penghormatan terhadap integritas wilayah dan kedaulatan, penting untuk terus dijalankan. Oleh karenanya, Serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima. Serangan juga sangat membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia," demikian pernyataan Kemlu RI.

Indonesia meminta agar serangan militer itu dihentikan serta upaya diplomasi diutamakan. Indonesia juga meminta Dewan Keamanan PBB mengambil langkah.

"Indonesia meminta agar situasi ini dapat segera dihentikan dan semua pihak agar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi. Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata guna mencegah memburuknya situasi," ungkap Kemlu.

Artikel ini telah tayang dengan judul Sikap Presiden Jokowi dan Kemenlu Dinilai Tepat di Tengah Perang Rusia dan Ukraina.

Selain Konflik Rusia dan Ukraina, ikuti berita Aceh terkini. Klik link tersebut untuk berita paling update wilayah Aceh.