ACEH - Beberapa ahli epidemiologi meminta pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perhubungan, untuk menhentikan penggunaan GeNose C19 sebagai syarat perjalanan masyarakat menggunakan transportasi publik.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, mengatakan bahwa GeNose tidak tepat dijadikan alat screening di bandara dan stasiun. Ia juga tak menyarankan penggunaan GeNose sebagai alat screening COVID-19 pada sejumlah kegiatan.
BACA JUGA:
Menurutnya, saat ini belum ada validasi dari pihak eksternal selain Universitas Gadjah Mada (UGM), pihak pembuat GeNose, yang menyatakan bahwa alat tersebut punya akurasi tes virus corona hingga 90 persen.
"Hindari penggunaan alat screening COVID-19 GeNose yang tidak tervalidasi pada pelaku perjalanan, pertemuan, perkantoran, pengunjung hotel, kegiatan pendidikan seperti sekolah dan kuliah, event olahraga, konser, dan sebagainya," terang Pandu saat dikonfirmasi VOI, Selasa, 22 Juni.
Temuan Kasus Terkait Hasil Tes GeNose
Senada, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa sejak awal dirinya tak setuju jika pelaku perjalanan menggunakan hasil tes GeNose sebagai syarat bepergian.
Sebab, beredar kabar soal temuan hasil negatif palsu (false negatif) dan positif palsu (false positive) dari penggunaan GeNose. Oleh sebab itu, keakuratan tes GeNose diragukan.
Persoalannya adalah saat ini penyebaran COVID-19 paling banyak disebabkan oleh masyarakat yang melakukan perjalanan. Yang dikhawatirkan Dicky adalah keterpaparan virus corona tak terdeteksi karena ketidakakuratan GeNose.
"Sejak awal saya tidak melihat penempatan GeNose tepat sebagai alat skrining di fasilitas umum dan cenderung berbahaya, apalagi dengan adanya varian baru yang luar biasa efektif dalam menginfeksi melalui udara," kata Dicky dalam pesan singkat.
Sebagai informasi, GeNose adalah alat skrining cepat buatan anak bangsa yang tesnya berbeda dengan tes antigen atau swab. Tes yang dilakukan dengan GeNose berbasis embusan napas.
GeNose terhubung dengan sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan artifisial untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time.
GeNose memiliki kelebihan yakni bisa mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah, yakni mulai dari Rp20 ribu. Disebut-sebut, akurasi untuk mendeteksi COVID-19 menggunakan GeNose di atas 90 persen.
Nantinya, sampel embusan napas pasien yang diambil dengan menggunakan GeNose, apabila hasilnya positif tetap harus divalidasi dengan menggunakan uji standar swab PCR Test.
Artikel ini telah tayang di VOI.id dengan judul COVID-19 Melonjak, Epidemiolog Minta Pemerintah Setop GeNose Jadi Syarat Perjalanan di Bandara Hingga Stasiun. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!