Disiksa Majikan, PMI Asal Aceh Jadi ART di Malaysia Sejak 16 Tahun
TKW asal Aceh Tamiang yang alami penyiksaan selama delapan tahun di Malaysia Lili Herawati (ANTARA/HO)

Bagikan:

ACEH - Kabar tidak menyenangkan datang dari pekerja migran Indonesia (PMI). Lili Herawati (24), PMI asal Aceh Tamiang yang menjadi asisten rumah tangga (ART) di Malaysia, mengalami penyiksaan. Lili diduga disiksa oleh majikannya selama delapan tahun bekerja di sana. Lili bahkan pengalami penyekapan.

"Hilang kontak dengan keluarga selama delapan tahun, karena disekap dan disiksa oleh majikannya," ungkap anggota DPR Aceh sekaligus penghubung keluarga korban, Asrizal Asnawi, di Banda Aceh, dikutip VOI dari Antara, Selasa, 31 Mei.

Kronologi Pengungkapan Kasus Penyiksaan PMI Asal Aceh

Lili berasal dari Desa Blang Kandis, Kecamatan Babo, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Asrizal mengatakan bahwa saat ini Lili diamankan oleh masyarakat Aceh di Malaysia bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur.

"Lili kini telah diamankan di sebuah tempat oleh Tgk. Haikal bersama KBRI di Kuala Lumpur Malaysia," ujarnya.

Asrizal menjelaskan, peristiwa penyiksaan tersebut pertama kali dia ketahui setelah ada informasi dari masyarakat Aceh di Malaysia yang meminta dia mencari keluarga korban.

"Alhamdulillah berhasil ditemukan, hingga akhirnya kami semua bisa bertemu dan berkomunikasi via video call WhatsApp," katanya.

Kisah Pilu Lili Herawati di Malaysia

Asrizal menerangkan, Lili berangkat ke Malaysia pada 2014 bersama seorang agen TKW asal kabupaten setempat. Ketika itu dirinya berusia 16 tahun. 

Kemudian, sampai di sana Lili dipekerjakan di sebuah rumah milik keluarga FZ dan MF, dengan upah yang dijanjikan sebesar 700 ringgit Malaysia per bulan.

Saat awal bekerja, kata Asrizal, Lili masih bisa berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia, namun tahun berikutnya hubungan mereka terputus lantaran korban disekap majikan.

"Yang suka memukul majikan perempuan, terakhir gara-gara baju, dipukul bagian kepala hingga mata lebam, telinga keduanya sakit dan pipi memar," ujar politikus asal Aceh Tamiang itu.

Asrizal menyampaikan, selaku penghubung dirinya segera memfasilitasi ibu korban ke Malaysia untuk bertemu anaknya itu, serta melakukan upaya pemulangan ke kampung halaman.

Sampai di sana, lanjut Asrizal, selain berupaya memulangkan Lili, dirinya bersama masyarakat Aceh dan KBRI juga akan memperjuangkan hak-hak korban selama delapan tahun bekerja, dan mengadvokasi terkait penyiksaan terhadap korban.

"Ini kami sedang mengurus paspor, insyaallah minggu depan saya bersama ibunya sudah berangkat ke sana, kami upayakan semua yang terbaik," ujar Asrizal Asnawi.