Anggota DPR Soroti Moratorium Pabrik Semen Baru, Kenapa Ada Pembangunan Pabrik Semen di Aceh?
Anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade. (Foto: Antara)

Bagikan:

ACEH - Saat ini industri semen mengalami persoalan kelebihan pasokan (over supply). Hal terebut disampaikan oleh anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade. Dia mengungkapkan, hal tersebut disebabkan oleh belum dihentikannya izin pembukaan pabrik baru. Dia menyoroti moratorium pabrik semen yang tampak sebagai wacana semata.

"Jangan moratorium semen ini hanya sebatas wacana, karena di Aceh sekarang ada pembangunan pabrik semen baru, yang kedua di Kutai Timur. Padahal di sini bapak masukkan potensi permintaan semen untuk ibu kota negara (IKN) itu 21 juta ton, orang pabriknya dibangun di situ kok pak, di Kutai Timur. Takutnya Semen Indonesia Group hanya jadi penonton," terang Andre dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI dengan Direktur Utama PT Semen Indonesia Group (SIG), Donny Arsal, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa, 24 Mei, dikutip VOI.

Menagih Komitmen Moratorium Pabrik Semen di Indonesia

Andre mendorong PT SIG melakukan koordinasi dengan Kementerian BUMN, Kementerian Investasi, dan Kementerian Perindustrian guna memastikan komitmen pemerintah terhadap penghentian izin (moratorium) pabrik semen baru di Tanah Air. Dia menjelaskan, PT SIG juga perlu berkoordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait ketersediaan batu bara yang menjadi bahan baku semen.

"Jangan sampai saya dengar pabrik bapak stoknya hanya untuk dua minggu, bahkan kadang-kadang setop (produksi) gara-gara stok batu bara-nya habis. Ini perlu jadi pemikiran kita, jangan sampai di satu sisi kita meminta SIG menguasai market, tapi pabrik mereka sering setop (produksi) karena stok batu baranya terbatas. Apalagi (perusahaan) semen swasta saat ini diberikan keluasan untuk membeli batu bara dengan harga pasar," tegas Andre.

Penggunaan Panel Surya di SIG

Meski demikian, Andre mengapresiasi panel surya yang mulai diterapkan oleh SIG. Menurutnya, hal terebut tersebut efektif mengurangi tarif listrik sebesar 15 persen. Oleh sebab itu, Andre menyarankan SIG menggunakan metode operating expenses (opex) sehingga biaya listrik bisa lebih ditekan.

"Saya menyarankan karena pemain solar panel ini sudah banyak di dunia, maka jangan pake capex lagi pak, tapi pake metode operating expenses (opex), jangan berinvestasi. Ajak dan undang para pemain solar panel ini untuk berinvestasi di pabrik bapak, yang penting bisa murah. Saya dengar tahun ini ada tiga pabrik solar panel yang dibangun di Indonesia, ini bisa jadi catatan bagi bapak jangan investasi capex pak, pake opex aja, jadi manage service aja, jadi mereka untungnya dari pembayaran listrik bapak bukan dari investasi," tandas Andre.