Tak Tega Bebankan Tingginya Harga Kedelai ke Konsumen, Pengusaha Warteg Kecilkan Ukuran Tempe
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

ACEH - Belum lama ini pelaku usaha warung tegal (warteg) yang tergabung di dalam Warteg Nusantara membuat keputusan untuk tidak menaikkan harga jual lauk berbahan dasar kedelai. Hal tersebut diambil meski saat ini harga kedelai sedang tinggi sehingga harga tahu dan tempe juga naik. 

Menurut Ketua Koordinator Warteg Nusantara, Mukroni, cara yang akan dilakukan untuk menyiasati kenaikan harga tempe di pasaran adalah memperkecil ukuran tempe yang akan dijual. Cara ini dipilih agar pelaku usaha warteg tidak menaikkan harga lauk. 

"Nanti yang kita lakukan menyiasati dengan mengecilkan ukuran. Bisa-bisa tempe itu ukuran tipis seperti (kartu) ATM itu yang kita lakukan untuk menyiasati kalau tempe dan tahu itu naik," terang Mukroni saat dihubungi VOI, Jumat, 18 Februari.

Harga Kedelai Selangit, Daya Beli Masyarakat Rendah

Dia menjelaskan, keputusan tersebut diambil karena daya beli masyarakat belum pulih akibat pandemi COVID-19. Di masa sulit ini, pihaknya tidak tega jika harus menaikkan harga makanan yang berbahan dasar tahu dan tempe.

"Karena kondisi pandemi ini daya beli masyarakat belum pulih, kalau kita menaikkan harga ini kan tidak tega. Dalam kondisi rakyat susah kok kita menaikkan," tuturnya.

Mukroni mengakui bahwa kenaikan kedelai ini sangat memberatkan pelaku usaha warteg dan masyarakat. Sebab, pelanggannya mayoritas adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.

"Karena tahu dan tempe ini adalah barang konsumsi yang sangat diperlukan, di mana kondisi daya beli masyarakat (di masa pandemi) mengencangkan ikat pinggang mereka tidak mampu beli lauk daging dan ayam, mereka mengganti dengan tahu dan tempe. Karena itu kalau tahu tempe naik ini akan memberatkan masyarakat," ucapnya.

Kenaikan Harga Tahu dan Tempe

Diberitakan sebelumnya, kenaikan harga kacang kedelai impor sebagai bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe, memicu aksi mogok produksi dan dagang perajin tahu dan tempe di wilayah pulau Jawa. Jika harga kedelai tak kunjung mengalami penurunan, perajin bakal menaikkan harga jual tahu dan tempe sebesar 10 hingga 20 persen di pasaran.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin meminta maaf kepada masyarakat pecinta tahu dan tempe jika harga di pasaran mengalami kenaikan. Ia menekankan, harga terpaksa naik lantaran harga bahan baku mengalami kenaikan.

Aip mengatakan bahwa saat ini harga rata-rata kedelai mencapai Rp11 hingga Rp11.500 per kilogram (Kg) di pulau Jawa. Sementara, harga mencapai Rp12.000 per Kg di Aceh, Kalimantan, atau Sulawesi.

"Kami dari perajin tempe tahu minta maaf kepada masyarakat pecinta tempe tahu karena ini terpaksa, terpaksa dan terpaksa kita ini. Jadi minta maaf," ucapnya saat dihubungi VOI, Jumat, 18 Februari.

Aip mencontohkan kenaikan harga tahu dan tempe sebesar 10 hingga 20 persen. Jika sebelumnya harga tempe sepotong telapak tangan atau 500 gram, berkisar Rp5 ribu sampai Rp6 ribu di pasaran. Maka akan mengalami kenaikan 10 atau 20 persen. Artinya dari Rp5 ribu naik menjadi Rp6 ribu.

Artikel ini telah tayang dengan judul Harga Kedelai Menjulang, Pelaku Usaha Warteg: Bisa-Bisa Tempe di Tempat Kami Setipis Kartu ATM.

Selain tingginya harga kedelai, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Aceh.