Ada Dampak Buruk Ibu Hamil Terlalu Gemuk bagi Kesehatan Bayi
Ilustrasi (Helena Lopes/Pexels)

Bagikan:

ACEH - Ibu hamil biasanya mengalami kenaikan berat badan atau kegemukan. Namun, jika kegemukan tersebut berlebihan, ada efek negatif yang bisa didapatkan oleh janin di kandungan. Dampak buruk ibu hamil terlalu gemuk berkaitan dengan kesehatan bayi. 

"Khusus yang obesitas, ibu obesitas dua kali lipat kemungkinan dia menderita preeklampsi," terang Dokter Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan Konsultan Obstertik Ginekologi Sosial (POGI), Dwiana Ocviyanti, dikutip VOI dari ANTARA.

Mengenal Preeklampsia Terkait Ibu Hamil Terlalu Gemuk

Apa itu preeklampsia? Ini merupakan gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine. Ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan ini berisiko empat kali lipat melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah atau IUGR (intra uterine growth restriction).

Sementara, bayi yang IUGR berisiko dua kali lipat mengalami stunting atau kondisi tubuh anak pendek akibat kekurangan gizi kronik akibat asupan makanan tidak memadai atau kebutuhan makanan anak meningkat karena mengalami penyakit seperti infeksi.

"Sedangkan ibu yang preeklampsi, rata-rata untuk menolong ibunya kita tidak mengizinkan ibunya hamil sampai cukup bulan. Sebagian mereka diterminasi kehamilannya pada masa preterm. Prematur saja meningkatkan risiko stunting dua kali," terangnya.

Bayi yang memiliki berat badan kecil saat ada di kandungan tak akan tumbuh dengan baik. Selain itu, si bayi harus dilahirkan secara prematur sehingga menempatkannya pada risiko stunting hingga 7,5 lipat.

"Ini menyedihkan. Gemuk itu bukan hal yang baik-baik saja," ungkap Ocviyanti.

Rerata Berat Badan Ibu Hamil Ideal di Indonesia

Berat badan ideal ibu untuk memulai kehamilan bila mengambil rerata tinggi badan perempuan di Indonesia adalah 150--160 cm sehingga tidak boleh lebih dari 60 kg. Kemudian, selama kehamilan ibu juga perlu menjaga kenaikan berat badannya. Pada lima bulan pertama kehamilan, bila berat badan ibu sudah normal maka tidak apa-apa jika tak mengalami kenaikan berat badan. Tetapi bila naik pun diusahakan tak boleh lebih 6 kg sepanjang kehamilannya.

"Kita bukan makan untuk dua orang. Lima bulan pertama kehamilan kalau berat badan normal tidak perlu naik berat badan juga tidak apa-apa. Naik 1-2 kg cukup. Tetapi kalau berat badan berlebih bahkan sepanjang kehamilan tidak boleh lebih dari 6 kg," kata Ocviyanti.

Berbicara risiko anak stunting, sebenarnya bukan saja berasal dari ibu hamil gemuk dan mengalami kenaikan berat badan tak terkontrol, tetapi juga mereka dengan kekurangan energi kronik (KEK) dan anemia.

Data Riskesdas terbaru menunjukkan, sebanyak 17 persen ibu dengan kondisi KEK, sementara anemia dihadapi sekitar 50 persen ibu.

"Sudah ada yang kekurusan, kegemukan 30-40 persen, 50 persen ibu hamil anemia, ini jelas berisiko terhadap terjadinya stunting dan kematian ibu," tutur Prof. Ocviyanti.

Agar kondisi ini tak terjadi, dia menyarankan para ibu hamil mengikuti langkah-langkah yang sudah diinformasikan Kementerian Kesehatan yakni menjalani pemeriksaan kehamilan ke dokter, memastikan tidak memiliki risiko KEK, obesitas, penyakit penyerta dari awal dan tidak anemia.

"Kalau ini bisa kita kendalikan, kita berharap generasi muda di 2024 dimulai dengan angka stunting yang turun, nantinya betul-betul menjadi golden generation," demikian saran dia.