Aceh - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan, Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar bagi produk-produk global di sektor digital. Dia menekankan soal daya tawar dan mengambil manfaat alih teknologi.
"Indonesia tidak boleh hanya sebagai pasar yang besar dari produk-produk teknologi digital global. Indonesia mesti memiliki posisi tawar yang kuat dan mampu mengambil manfaat alih teknologi dan inovasi," terang Wapres dalam pidato di Konvensi Nasional Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2020 melalui konferensi video dari Jakarta, dikutip VOI pada Senin, 7 Februari.
Alih Teknologi untuk Ekonomi Digital
Dia menjelaskan, Indonesia mesti berdikari secara digital sehingga roda ekonomi digital bisa menjangkau pelaku usaha, baik besar, menengah, kecil, maupun mikro. Wapres juga mengingatkan agar kemandirian digital tidak diartikan secara kaku. Ma'ruf Amin mengatakan, Indonesia harus terus membangun kemandirian secara relatif.
"Kemandirian digital ini tidak harus diartikan secara saklek dan kaku. Indonesia harus mampu membangun kemandirian secara relatif di hadapan kekuatan-kekuatan platform digital global," tegasnya.
BACA JUGA:
Relasi dengan platform digital tersebut harus terus terjalin dengan baik, lanjutnya, karena tidak akan menutup kemungkinan terdapat teknologi dan media baru di masa depan.
Aspek Positif Digitaliasi
Di satu sisi, terang Ma'ruf Amin, pemerintah ingin mengembangkan aspek positif digitalisasi seperti pemberdayaan ekonomi, kemajuan ekonomi kreatif dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta memberi ruang bagi inovasi digital.
"Di sisi lain, kami ingin tetap melindungi iklim demokrasi, kebebasan berpendapat dan berekspresi melalui regulasi-regulasi yang mengatur segi-segi digitalisasi," ujarnya.
Oleh karena itu, Wapres berharap pengaturan secara proporsional harus terus diimplementasikan dan menghindari tendensi overregulation atau penerapan regulasi yang berlebihan.