Ada Efek Stres pada Kesuburan Pria, Cermati Hasil Penelitian Berikut
Ilustrasi efek stres pada kesuburan pria (iStockphoto)

Bagikan:

ACEH - Stres berhubungan pada kesehatan fisik seseorang. Stres yang menghantam bertubi-tubi bisa membuat seseorang mengalami masalah pada jantung, pernapasan, dan obesitas. Apakah dampaknya hanya pada kesehatan fisik? Sebuah studi dilakukan oleh peneliti dari Mailman School of Public Health di Columbia University, New York untuk menelusuri efek stres pada kesuburan pria.

Penelitian dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility, dikutip VOI dari Medical News Today. Tim meneliti tingkat pengaruh stres terhadap sperma dan kualitas air mani.

Penelitian Efek Stres pada Kesuburan Pria

Penelitian tersebut melibatkan 193 pria berusia 38--49 tahun dari tahun 2005 hingga 2008. Semua pria yang terlibat merupakan bagian dari Studi Lingkungan dan Reproduksi di Kaiser Foundation Health Plan di Oakland, California.

Hasilnya, diketahui bahwa pria yang mengalami dua atau lebih peristiwa yang penuh tekanan dalam satu tahun terakhir punya kualitas sperma yang lebih rendah daripada pria yang tidak mengalami peristiwa kehidupan penuh tekanan. Sebagai bagian dari penelitian, partisipan diminta menyelesaikan serangkaian tes yang mengukur tingkat stres, termasuk dari tempat kerja, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, dan stres yang dirasakan secara keseluruhan.

Sampel air mani diuji menggunakan metode pengujian kesuburan standar berdasarkan konsentrasi air mani dan bentuk atau morfologi serta motilitas atau pergerakan sperma. Para peneliti melaporkan, pria yang mengalami hidup dengan penuh tekanan dalam satu tahun terakhir memiliki persentasi motilitas dan morfologi lebih rendah. Diluar pengaruh riwayat kesehatan reproduksi dan masalah kesehatan lainnya, stres berpengaruh besar pada kualitas air mani.

Secara lebih spesifik, pria yang mengalami ketegangan pekerjaan memiliki kadar hormon testosteron lebih rendah dalam air mani mereka. Ini juga mempengaruhi kesehatan reproduksi. Selain itu, mereka menemukan bahwa pria yang menganggur juga mengalami kualitas air mani yang lebih rendah dariada mereka yang bekerja.

Lingkungan Sosial dan Kesehatan Reproduksi

Berdasarka teori yang dipaparkan oleh peneliti, stres bisa mengaktifkan pelepasan glukokortikoid. Glukokortikoid merupakan hormon steroid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sehingga dapat mengurangi kadar testosteron dan produksi sperma.

Selain itu, stres oksidatif atau stres fisiologis yang disebabkan radikal bebas, juga berkaitan dengan kualitas dan kesuburan air mani.

“Stres telah lama diidentifikasi memiliki pengaruh terhadap kesehatan. Penelitian kami menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi pria juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka,” terang peneliti utama Teresa Jenevic, Ph.D., asisten profesor di Rutgerss School of Public Health.

Studi ini, catat peneliti, merupakan penelitian pertama yang menggunakan ukuran subjektif dan objektif dari stres. Sebagai hasilnya, mereka menemukan ada hubungan yang signifikan antara penurunan kualitas air mani dan stres.