3 Hal Penting Terkait Kesehatan Reproduksi Pria
Ilustrasi (Photo by Nataliya Vaitkevich from Pexels)

Bagikan:

ACEH - Persoalan kesuburan masih menjadi hal yang memantik stigma dan rasa malu bagi orang yang mengalaminya. Cleopatra Kamperveen, ilmuwan dan spesialis kesuburan, menjelaskan bahwa saat ini ada 186.000.000 manusia di muka bumi yang memiliki masalah kesuburan. Dan masalah ini tak selalu dialami wanita. Kesuburan juga berhubungan dengan kesehatan reproduksi pria.  

Terkait hal tersebut, setidaknya ada tiga hal yang perlu diketahui mengenai aspek kesuburan pria. Mengutip MBG.com, berikut VOI sajikan informasinya.

Beberapa Hal Terkait Kesehatan Reproduksi Pria

Usia dan kesuburan pria

Banyak orang memperhitungkan pengaruh usia terhadap kesuburan wanita, tetapi mengabaikan soal keterbatasan biologis pria seiring bertambahnya usia. Semakin matang usia seorang pria, kemungkinan besar tantangan kesuburan ada pada masalah neurokognitif. 

Kesehatan sperma lebih kompleks

Ada berbagai cara untuk menentukan kesehatan sperma yang bisa memberi informasi penting mengenai kemungkinan menjalani kehamilan sehat dan mengandung bayi yang sehat. Ada pria yang dinyatakan memiliki sperma sehat karena pemeriksaan menunjukkan bahwa ia memiliki jumlah, bentuk (morfologi), dan motilitas (gerakan) sperma yang sehat.

Sayangnya, beberapa di antara pria kurang memahami adanya fragmentasi DNA yang tinggi dan perubahan dalam metilasi DNA sperma. Gen yang terkait dengan cacat dengan metilasi DNA sperma termasuk gen MEST, H19, dan MTHFR yang terkenal karena mempengaruhi kesuburan wanita.

Ras, etnis, dan kelas sosial 

Di antara berbagai stereotip kesuburan di masyarakat adalah stereotip terkait orang kulit berwarna lebih subur dibandingkan orang kulit putih. Sama seperti wanita, pria dengan kulit berwarna lebih mungkin mengalami masalah kesuburan.

Laki-laki Hispanik atau Latin dan keturunan Afrika-Amerika lebih mungkin mengalami tantangan kesuburan. Data ini bertentangan dengan penggambaran media dan gambaran stereotip kesuburan lainnya di antara pria kulit berwarna. Demikian pula, ada stereotip yang salah bahwa orang-orang dengan sumber daya sosial ekonomi yang lebih sedikit adalah orang yang sangat subur.

Salah satu temuan paling konsisten dalam literatur ilmu kesehatan dan perilaku adalah apa yang dikenal sebagai SES-health gradient. SES-health gradient adalah hubungan kesehatan dengan status sosial ekonomi (SES), sehingga untuk setiap tingkat penurunan SES, ada tingkat penurunan kesehatan. Dan ini termasuk kesehatan reproduksi.

Orang-orang yang memiliki sumber daya sosial ekonomi yang lebih sedikit di masa kanak-kanak dan dewasa, dan yang telah menghadapi lebih banyak kesulitan di masa kanak-kanak dan dewasa, lebih mungkin mengalami masalah kesuburan.