Mengenal Perbedaan Perfeksionis dan Gangguan Obsesif Kompulsif yang Jarang Diperhatikan
Ilustrasi bedanya ocd dengan perfeksionis (iStockphoto)

Bagikan:

ACEH – Perfeksionis dan gangguan obsesif kompulsif, salah satunya obsessive-compulsive disorder (OCD), kerap disalahartikan atau disamakan. Dua hal ini memiliki kondisi berbeda, tetapi tetap butuh diagnosis klinis.

Gangguan obsesif kompulsif merupakan gangguan mental yang ditandai dengan pikiran atau obsesi yang berulang dan/atau perilaku yang berulang (kompulsi). Dikutip VOI dari PsychCenter, orang dengan OCD terobsesi dan khawatir terhadap kuman akan sering mencuci tangan. Obsesi menciptakan kecemasan dan perilaku kompulsif yang berulang, bahkan bisa membuat berbagai hal jadi lebih buruk.

Kondisi mental ini dapat menghabiskan waktu sehingga orang dengan OCD kurang bisa menikmati dan menjalani kehidupan secara produktif. Perilaku kompulsif bisa berbeda-beda, misalnya ada yang memeriksa kunci pintu lima kali sebelum meninggalkan rumah atau ada juga yang menginginkan hal-hal yang simetris dan tepat.

Perbedaan Perfeksionis dan Gangguan Obsesif Kompulsif

Perilaku terakhir, yaitu keinginan pada hal simetris dan tepat, adalah hal yang paling umum terjadi pada OCD. Tujuan dari hal ini bukan untuk mendapatkan sesuatu yang sempurna, tetapi merupakan bentuk perilaku berulang yang dilakukan secara kompulsif untuk mengurangi pikiran obsesif.

Hal tersebut berbeda dengan perfeksionis. Istilah ini mencakup luasnya karakteristik dan bukan gangguan mental yang bisa didiagnosis. Artinya, tidak ada kriteria klinis yang pasti pada perfeksionis. Orang dengan sifat perfeksionis cenderung memiliki standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain.

Perfeksionis mendambakan keteraturan dan predikbilitas. Mereka ingin semuanya menjadi benar. Jika tidak, mereka akan merasa cemas, stres, dan tegang. Orang perfeksionis terpaku pada sesuatu secara detail, kesempurnaan, mengulang pekerjaan dengan cara kompulsif atau berulang-ulang.

Orang dengan sifat perfeksionis juga bisa menuntut dan kritis terhadap orang lain. Perfeksionisme juga bisa didorong oleh ketakutan tidak menyenangkan orang lain, ditolak, dikritik, dan merasa dirinya tidak cukup baik.

Beberapa orang dengan OCD mengidentifikasi diri mereka sendiri sebagai perfeksionis. Karena mereka memiliki obsesi dan kompulsi tentang kerapian serta ketertiban. Namun, menurut Sharon Martin, LCSW, self-diagnosis kerap sekali salah. Kebanyakan orang perfeksionis tidak secara klinis didiagnosa OCD.

Tambah Martin, perfeksionisme lebih banyak kesamaan dengan obsessive compulsive personality disorder (OCDP) dibanding dengan OCD. OCDP merupakan gangguan kepribadian yang termasuk kategori lain dari gangguan mental. Martin menyarankan untuk tidak mendiagnosis diri sendiri sebab perlu kriteria dan pengetahuan klinis untuk mendapatkan solusi dari masalah gangguan mental maupun kepribadian.

Artikel ini telah tayang dengan judul Apakah Perfeksionis Sama dengan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)? Ini Perbedaannya.

Selain perbedaan perfeksionis, ikuti berita serta info menarik dari dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Aceh.