ACEH - Beberapa waktu lalu Korea Utara mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk (DPR). Hal tersebut disampaikan oleh pemimpin DPR, Denis Pushilin, pada Rabu. Korea Utara menjadi negara ketiga yang menyatakan pengakuan kemerdekaan DPR setelah Rusia dan Suriah.
"Republik Demokratik Rakyat Korea mengakui Republik Rakyat Donetsk hari ini," tulis Pushilin di Telegram, dikutip VOI dari TASS, 14 Juli.
BACA JUGA:
"Status internasional Republik Rakyat Donetsk dan status kenegaraannya terus menguat. Ini adalah kemenangan diplomatik lain bagi kami," tambahnya.
Pengakuan Korea Utara terhadap Kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk
Pushilin berterima kasih kepada Korea Utara atas "dukungan besar untuk rakyat Donbass".
"Keputusan politik ini juga akan memberikan dasar bagi pengembangan hubungan ekonomi di masa depan. Kemitraan bilateral akan memungkinkan perusahaan kami untuk memperluas perdagangan mereka. Saya menantikan kerja sama yang aktif dan bermanfaat," terang Pushilin.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri DPR, Natalya Nikonorova, mengatakan pada 12 Juli bahwa pembicaraan sedang berlangsung dengan Korea Utara terkait pengakuan DPR.
Langkah Pyongyang menjadikan mereka negara ketiga setelah Rusia dan Suriah yang mengakui dua entitas yang memisahkan diri, Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), di wilayah Donbas Ukraina.
Sementara itu, Kedutaan Besar DPR di Moskow mengunggah foto di saluran Telegramnya mengenai upacara di mana duta besar Korea Utara untuk Moskow, Sin Hong-chol, menyerahkan sertifikat pengakuan kepada utusan DPR, Olga Makeyeva, mengutip Reuters.
Adapun media pemerintah Korea Utara, KCNA, mengonfirmasi pada Kamis, bahwa menteri luar negeri Korea Utara, Choe Son Hui, mengirim surat kepada rekan-rekannya di kedua wilayah pada Rabu, mengakui kemerdekaan mereka.
"Dalam surat-surat itu, dia menyatakan keinginan untuk mengembangkan hubungan antarnegara dengan negara-negara itu dalam gagasan kemerdekaan, perdamaian dan persahabatan," tulis KCNA.
Sikap Ukraina Terkait Pengakuan Korea Utara
Ukraina segera memutuskan hubungan dengan Pyongyang atas langkah tersebut. Tetapi, pengakuan itu disambut oleh beberapa penduduk Donetsk yang tinggal di "republik" yang memproklamirkan diri.
"Tentu saja saya senang," kata Olga, yang menolak menyebutkan nama keluarganya.
"Biarkan lebih banyak yang mengenali kami, sehingga semua orang tahu kami ada di sini," lanjutnya.
Adapun Anastasia, yang juga menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan kepada Reuters, semakin banyak negara yang mengakui entitas tersebut, semakin kecil kemungkinan Kyiv untuk merebut kembali kendali wilayah yang direbut oleh separatis dukungan Rusia dan angkatan bersenjata Rusia.
"Selangkah demi selangkah kita bergabung di panggung dunia," tukasnya.
Diketahui, Korea Utara sebelumnya menyatakan dukungan untuk pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.