Aktivitas Gunung Anak Krakatau Meningkat, Warga Diimbau Waspadai Potensi Tsunami
Warga beraktivitas di bibir pantai saat ombak menerjang kawasan Teluk Labuan, Pandeglang, Banten (Via ANTARA)

Bagikan:

ACEH - Masyarakat diimbau waspada terhadap potensi tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widjo Kongko.

Dia menjelaskan, berdasarkan hasil pengamatan dan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, terjadi peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau sehingga status berubah dari waspada (level 2) menjadi siaga (level 3).

"Ini menunjukkan adanya potensi ke arah erupsi dan dapat berpotensi menimbulkan tsunami," terang Widjo melalui laman resmi BRIN, dikutip VOI dari Antara, Jumat, 13 Mei.

Perkiraan Dampa Tsunami Akibat Erupsi Gunung Anak Krakatau

Terkait perkiraan dampak tsunami, dia menyebut itu tergantung pemicunya, yaitu aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau serta volume longsoran kaldera atau lava yang dimuntahkan.

Menurut Widjo, hasil kajian pemodelan tsunami akibat erupsi akhir pada 2018 nisa menjadi acuan untuk memperkirakan potensi tsunami yang mungkin suatu saat terjadi jika ada erupsi Gunung Anak Krakatau, terutama untuk memprediksi ketinggian tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai.

Dia menerangkan, pemerintah sudah berupaya membuat program mitigasi tsunami dari tingkat hulu hingga hilir. Sebagai contoh, di tingkat hulu terdapat sistem peringatan dini apabila akan terjadi tsunami dan diseminasi informasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

Di tingkat hilir, telah dilakukan penyiapan jalur evakuasi, tempat evakuasi (selter) dan panduan perencanaan evakuasi. Meskipun demikian, korban tsunami masih tetap ada seperti yang pernah terjadi di Selat Sunda di akhir 2018.

Program Mitigasi Bencana Tsunami Perlu Ditingkatkan

Hal itu, katanya, menunjukkan program mitigasi tsunami yang telah ada belum mencukupi, sehingga perlu ditingkatkan pada masa mendatang.

"Saya kira publik juga perlu mendapatkan informasi secara mendetail terkait dengan potensi ancaman tsunami di lokasi di mana mereka tinggal dan tentu saja informasi lainnya terkait dengan jalur evakuasi dan tempat evakuasi sementara," ujar Widjo.