ACEH - Masih terjadi keterlambatan sistem pelayanan pengiriman paket obat untuk pasien COVID-19 yang melaksanakan isolasi mandiri (isoman). Hal tersebut diakui oleh Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji.
"Saya memang terima keluhan soal kenapa masih (ada pasien COVID-19) belum masuk ke paket isoman," terang Setiaji dalam diskusi virtual, dikutip VOI pada Rabu, 16 Februari.
BACA JUGA:
Pengiriman Paket Obat untuk Pasien Isoman Bergantung Input Data
Menurut dia, cepat atau lambatnya layanan telemedisin Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bergantung dari hasil input data setiap kasus dalam New All Record (NAR). Data tersebut diinput oleh laboratorium-laboratorium tes COVID-19 jejaring Kemenkes.
"Begitu positif, mereka (laboratorium) harus input ke NAR. Jadi memang ada yang delay (terlambat) input, ada yang 2 sampai 3 hari, ada juga yang cepat, tergantung labnya," terang Setiaji.
Data tersebut, lanjut Setiaji, dibutuhkan untuk melakukan verivikasi pemberian layanan telemedisin berupa paket obat gratis yang akan diajukan oleh warga yang menjalani isoman COVID-19.
Pemerintah Akan Lakukan Evaluasi
Oleh sebab itu, Setiaji mengatakan bahwa pemerintah akan mengevaluasi hingga memberi sanksi bagi laboratorium yang terlambat menginput data hasil tes warga. Sanksi itu bisa berupa teguran hingga pencabutan izin usaha laboratorium tersebut.
"Kami terus evaluasi dan menyampaikan teguran hingga taraf pencabutan izin kalau tidak melakukan percepatan hasil lab," tutur dia.
Ke depannya, Setiaji mengaku pihaknya akan melakukan sistem integrasi beberapa laboratorium. Nantinya, laboratorium tak perlu memasukkan data kasus COVID-19 pada sistem karena langsung terkoneksi.
Artikel ini telah tayang dengan judul Kemenkes Akui Masih Ada Layanan Paket Obat untuk Isoman COVID-19 yang Terlambat.
Selain paket obat isoman COVID-19, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI Aceh.