ACEH – Menteri Sosial, Tri Rismaharini, menunjukkan aksi marah-marah lagi. Risma marah sambil menunjuk-nunjuk seorang pendamping PKH ketika dilakukan rapat dengan beberapa pejabat di Gorontalo. Hal tersebut ternyata membuat Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, merasa tersinggung.
Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, aksi marah-marah Risma seharusnya disudahi karena keterlaluan. Terlebih lagi, Risma merupakan pemimpin lembaga negara sehingga tidak baik bagi pemerintah maupun rakyat.
BACA JUGA:
"Pemimpin yang tak dapat mengendalikan amarahnya tentu tak layak menjadi pemimpin. Apalagi kalau dia sambil marah-marah mengambil keputusan, tentu akan berbahaya bagi lembaganya," terang Jamiluddin di Jakarta, Senin, 4 Oktober.
Apakah Jokowi Berani Mengganti Tri Rismaharini?
Ia mengatakan, aksi Risma yang selalu membuat gaduh itu bisa membebani Presiden Jokowi. Sebab, masyarakat jadi lebih tahu mengenai perilaku Risma yang hanya mengedepankan gaya marah-marah ketimbang kinerja.
"Karena hal itu sudah berulang dan selalu membuat gaduh, maka Risma sesungguhnya menjadi beban bagi Presiden Joko Widodo," kata Jamil.
Oleh sebab itu, lanjutnya, Presiden Jokowi perlu mengevaluasi Risma sebagai menteri sosial. Apabila ada reshuffle kabinet, kata Jamiluddin, maka Risma selayaknya masuk dalam daftar menteri yang diganti agar perilaku Risma tidak terus-menerus menjadi beban Presiden.
"Lagipula masih banyak anak negeri yang memiliki kemampuan jauh lebih baik daripada Risma untuk mengurus masalah sosial. Jokowi tinggal memilih putra terbaik bangsa untuk menjadi menteri sosial. Masalahnya, apakah Jokowi berani me-reshuffle Risma yang sama-sama kader PDIP?" tandas Jamiluddin.
Artikel ini telah tayang dengan judul Marah-Marah Bikin Gaduh, Risma Dianggap Pengamat Ini Jadi Beban Bagi Jokowi.
Selain kabar Tri Rismaharini, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!