Cara Orang Tua Mendukung Anak dalam Menghadapi Pengalaman Buruk
Ilustrasi cara mendukung anak melewati tantangan dan masa sulit (iStockphoto)

Bagikan:

ACEH - Beberapa anak mengalami kesulitan untuk terbuka kepada orang tua mengenai masa-masa sulit yang telah dia alami. Seorang anak bisa jadi sudah menghadapi pengalaman sulit yang tak diketahui oleh orang tuanya, misalnya saat masuk ke lingkungan sosial baru. Jika orang tua mengetahui ada yang janggal dengan anak, ada cara orang tua mendukung anak agar anak bisa mengatasi atau berdamai dengan masalah tersebut.

Dengan demikian, anak tidak semakin terpuruk dengan pengalaman buruknya, tetapi bisa bersikap lebih bijak dan memikirkan cara yang baik dan tepat untuk menghadapi masalah tersebut. Menurut Rebecca Roland, dosen di Harvard Graduate School of Education dan spesialis di Neurology Department of Boston Children’s Hospital, ada lebih dari 20 tahun penelitian yang membuktikan bahwa kenangan masa lalu berhubungan dengan sikap anak-anak terkait pembelajaran menjadi welas asih dan reflektif. Hal tersebut tentu butuh bantuan dari orang tua. 

1. Membantu melabeli perasaan

Dikutip VOI dari Psychology Today, sedih, marah, dan takut merupakan label yang dipakai untuk menyebut beberapa perasaan tertentu. Dengan mengajari atau membicarakan tentang perasaan, terutama yang negatif, orang tua bisa membantu anak mengarungi kerumitan peristiwa dan memahami strategi koping mereka sendiri.

2. Tidak mengecilkan perasaan anak-anak

Penting bagi orang tua dan anak-anak berbicara tentang perasaan masing-masing. Bahkan perlu juga sesekali mengajak anak untuk mengetahui emosi orang lain. Misalnya, ‘Saya cemas’ atau ‘Apakah kamu merasa gugup?’. Selain itu, orang tua perlu mengelaborasi dengan emosi anak-anak, misalnya ‘Apakah kamu lebih cemas, atau lebih malu?’. Dengan begitu, orang tua bisa mengkonfirmasi apa yang Anda anggap sebagai emosi mereka.

3. Berikan penjelasan untuk perasaan

Ini perihal sebab akibat atau kausalitas, yaitu peristiwa apa yang bisa menjelaskan perasaan yang dialami anak. Misalnya, ‘Kamu marah karena ayah mengambil mainanmu’ atau ‘Aku sedih karena kita harus pindah’.

4. Pakai detail spesifik dan sensorik yang kaya

Menggunakan detail spesifik, membantu anak-anak untuk menyusun bahasa tepat ketika ia mengalami emosi tertentu. Contohnya, ‘Kursi dokter gigi itu dingin, saya takut’, atau ‘Angin di lapangan pertandingan bertiup kencang, membuat aku merasa dingin dan gugup’.

5. Mengkonfirmasi bagaimana perasaan anak-anak

Dengan mengkonfirmasi, artinya orang tua menerima serta memahami emosi anak yang dipicu situasi tertentu yang menantang. Tentu bagi mereka itu tak mudah, oleh karena itu mengkonfirmasi atas perasaannya merupakan bentuk dukungan untuk mendapatkan strategi melewati tantangan dan kebijaksanaan.

Pesan Rebecca, setelah berbicara tentang pengalaman sulit yang dialami anak-anak, orang tua bisa bertanya tentang ‘bagaimana kamu menunjukkan kekuatanmu?’ atau ‘apa yang ingin kamu coba lain kali’ supaya tetap optimis dan fokus melewati tantangan apapun.