Bagikan:

YOGYAKARTA – Dalam menghadapi perilaku anak, orang tua perlu pendekatan yang tepat. Lebih penting lagi, orang tua perlu memahami apa yang memicu perilaku anak. Artinya, dengan memahami faktor yang memengaruhi perilaku anak merupakan cara menemukan pendekatan paling tepat, terutama menghentikan perilaku buruk anak. Terkait dengan hal tersebut, berikut faktor yang perlu dipahami ortu dan pengaruhi perilaku anak.

1. Faktor genetik

Faktor pertama ini adalah sifat bawaan yang membentuk temperamen, respons emosional, dan kecenderungan anak terhadap karakteristik kepribadian tertentu. Sifat impulsive, introversi, atau kecenderungan agresif memengaruhi cara anak bereaksi terhadap lingkungan dan interaksi dengan orang lain. Faktor genetik, berperan dalam perkembangan kesehatan mental dan memengaruhi pola perilaku anak.

faktor yang memengaruhi perilaku anak
Ilustrasi faktor yang memengaruhi perilaku anak (Freepik/Sorapop)

2. Kesehatan dan nutrisi

Perkembangan fisik yang baik terkait dengan nutrisi, tidur dan aktivitas fisik yang cukup. Kekurangan gizi dapat memengaruhi perilaku karena mengganggu perkembangan otak dan mengurangi fungsi kognitif.

3. Perilaku pengasuhan

Perilaku pengasuhan oleh orang tua, peliputi gaya pengasuhan, teknik disiplin, dan gaya komunikasi berpengaruh pada perilaku anak. Melansir Parenting Styles, Selasa, 18 Februari, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua otoriter, kurang hangat, dan kontrol tinggi sering kali menunjukkan perilaku yang baik. Pola asuh yang hangat dan kontrol tinggi, menanamkan rasa percaya diri, tanggung jawab, dan otonomi pada anak.

4. Hubungan dengan teman sebaya

Berhubungan dengan teman-temannya mengajarkan norma sosial, komunikasi, dan problem solving. Persahabatan dengan teman sebaya, juga mendorong anak untuk bisa kerja sama dan berempati. Sedangkan anak yang terpapar perundungan atau pengucilan, bisa mengakibatkan kecemasan atau agresi.

faktor yang memengaruhi perilaku anak
Ilustrasi faktor yang memengaruhi perilaku anak (Freepik/master1305)

5. Koteks budaya

Harapan budaya dan pengaruh masyarakat membentuk perilaku dengan menetapkan norma untuk pengasuhan anak, komunikasi, dan ekspresi emosional. Misalnya, budaya Barat mendorong anak-anak mandiri dan mengejar tujuan personal dan budaya Timur yang mengajarkan keharmonisan kelompok dan berperilaku sopan serta kolaboratif.

6. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi mengacu pada posisi sosial dan ekonomi seseorang yang memengaruhi perilaku masa kanak-kanak dengan membentuk akses ke sumber daya, paparan terhadap stres, dan dinamika keluarga. Keluarga yang memiliki ekonomi rendah, cenderung menggunakan pola asuh yang kasar dan otoriter. Ini dapat memengaruhi perilaku agresi dan masalah perilaku. Rumah tangga dengan ekonomi tinggi sering memiliki akses pendidikan berkualitas.

7. Lingkungan sekolah

Sikap guru kelas dan tekanan akademis membentuk perilaku anak. Guru yang mendukung dan memiliki harapan jelas dapat meningkatkan keterampilan sosial serta kinerja akademis anak. Sementara anak yang memiliki pengalaman negatif di sekolah, menyebabkan berperilaku mengganggu atau menarik diri.

faktor yang memengaruhi perilaku anak
Ilustrasi faktor yang memengaruhi perilaku anak (Freepik/faizaminudin)

8. Dinamika keluarga

Hubungan saudara kandung, konflik orang tua, dan struktur keluarga memengaruhi stabilitas emosional dan keterampilan sosial anak. Kalau lingkungan keluarga mendukung serta terstruktur mendorong perilaku positif. Sementara lingkungan keluarga yang sering konflik, bisa menyebabkan masalah perilaku.

9. Screentime dan paparan media

Waktu menatap layar berlebihan, sebabkan anak mengalami masalah dalam perkembangan sosial emosional, termasuk depresi dan kecemasan. Menghabiskan waktu lama di depan layar, mengurangi kesempatan tatap muka. Interaksi tatap muka, penting bagi perkembangan sosial dan bahasa. Jadi, penting untuk membatasi waktu menatap layar dan disiplin dalam mempraktikkannya sehari-hari.

10. Pengalaman hidup

Pengalaman masa kecil yang buruk, seperti pengabaian dan pelecehan, menyebabkan perubahan perilaku dan respons emosional yang terganggu. Paristiwa traumatis, menyebabkan anak-anak melukai diri sendiri, merokok, menyalahgunakan alkohol dan terlibat perilaku seksual berisiko tinggi.

11. Gaya keterikatan

Gaya keterikatan mengacu pada ikatan emosional yang terbentuk antara anak dan orang tua atau pengasuhnya. Ketika gaya keterikatan aman dan pengasuh responsif, anak-anak terdorong menjelajani sekitar dengan percaya diri, kepercayaan meningkat, pengaturan emosi yang baik, dan interaksi sosial yang sehat.

12. Mekanisme koping

Anak-anak belajar mengatasi stres melalui pengamatan dan pengalaman. Mekanisme koping yang positif, membantu anak-anak mengelola stres secara konstruktur. Sedangkan mekanisme koping yang tidak sehat, hanya dapat meredakan stres sementara waktu tetapi sering menimbulkan kesulitan emosional jangka panjang.

Itulah hal yang harus dipahami orang tua terkait faktor yang memengaruhi perilaku anak. Penting juga bagi orang tua untuk mengenal betul adanya perubahan perilaku, baik itu positif maupun negatif guna memberikan validasi atau mengingatkan kalau anak-anak berperilaku buruk.