Berbagai Mitos Seputar Menyusui yang Masih Hidup di Masyarakat
Ibu Menyusui (Foto: Pexels)

Bagikan:

ACEH - Banyak mitos seputar ASI eksklusif yang masih tersebar di masyarakat hingga saat ini. Salah satu mitos yang masih dibicarakan adalah anggapan bahwa bahwa ASI tidak cukup mengenyangkan bagi bayi.

Menurut Utami Roesli, dokter spesialis anak, ada banyak mitos menyesatkan yang dipercaya oleh para orang tua, terutama oleh nenek. Dia menjelaskan, edukasi atau pemberian informasi kepada para nenek punya peran yang sangat besar sebagai dukungan agar bayi memperoleh ASI eksklusif.

Mitos Seputar ASI yang Kurang Mengenyangkan

Terkait mitos mengenai ASI kurang mengenyangkan, beberapa orang akhirnya merasa harus menambahkan susu formula dan makanan seperti pisang pada usia 6 bulan pertama.

"Faktanya produksi ASI sesuai dengan pengeluaran ASI, demand and supply. Jadi semakin dikeluarkan, semakin diproduksi. Meningkatkan produksi ASI juga dengan menyusui dan memerah ASI bukan dengan minum susu ibu menyusui," ujar Utami dikutip VOI dari ANTARA.

Mitos itu diperkuat dengan anggapan bahwa bayi yang menangis setelah menyusu memiliki arti bahwa bayi tersebut masih lapar dan gizinya kurang. Oleh sebab itu, si bayi perlu mendapatkan tambahan makanan lain. 

Menurut dr. Utami, bayi menangis tidak selalu karena lapar, bisa saja ada faktor lain seperti diapers-nya yang tidak nyaman, ingin digendong dan lainnya.

"Perhatikan tanda kalau bayi sedang lapar, dia akan menjulurkan lidah kayak melet-melet, mengecap-ngecap, kepalanya seperti mencari-cari puting. Jadi kalau nangis setelah menyusui bukan karena lapar," jelas Utami.

Mitos Seputar Menyusui yang Lain

Mitos selanjutnya adalah bayi perlu dilatih minum dengan dot sebelum sang ibu masuk kerja. Faktanya adalah memperkenalkan dot pada bulan pertama dapat menyebabkan kesukaran menyusui atau bingung puting.

Hal salah kaprah lain yang dipercaya oleh orang tua adalah harus menghindari minum kopi, seafood, dan makanan pedas. Ibu juga wajib minum susu khusus ibu menyusui supaya produksi ASI banyak.

"Yang enggak boleh itu minuman keras dan rokok, karena apa? Dikatakan bahwa ketuban bayi itu rasanya seperti makanan ibunya. Gampangnya, ketuban sapi rasanya rumput, ketuban macam ya rasa daging," kata dr. Utami.

"Jadi memang sudah dibiasakan makan makanan yang sama dengan ibunya. Misalnya kita menyusui bayi bule, kita makan sambel ya bayi bule akan mencret," lanjutnya.

Mitos lain yang juga dipercaya oleh masyarakat adalah saat hari pertama setelah bayi dilahirkan dan ASI belum keluar, maka diperlukan tambahan susu formula supaya bayi tidak dehidrasi atau kuning.

Faktanya, bayi baru lahir mampu bertahan tanpa ASI selama 48-72 jam karena dibekali saat dalam kandungan. Syaratnya, disusui segera setelah lahir dan sering disusui pada hari-hari pertama, colustrum yang sedikit diperlukan untuk mematangkan usus.

"Makanya perlu adanya IMD (inisiasi menyusui dini) minimal 1 jam setelah lahir, diletakkan di dada ibunya. Kolostrum yang keluar setetes dan dua tetes saat baru lahir ini, dibutuhkan bukan buat makanan tapi untuk mematangkan usus," jelas dr. Utami.

Artikel ini telah tayang dengan judul Benar atau Salah? Ini Mitos Seputar Menyusui yang Masih Banyak Dipercaya.

Selain mitos seputar menyusui, ikuti berita Aceh terkini. Klik link tersebut untuk berita paling update wilayah Aceh.