Mengenal Efek Buruk Berbohong kepada Anak
Ilustrasi efek berbohong pada anak demi kebaikan atau white lies (Pexels/Ketut Subiyanto)

Bagikan:

ACEH - Orang tua terkadang berbohong kepada anak dengan dalih demi kebaikan (white lies), tetapi sebenarnya itu untuk menyederhanakan penjelasan. Contoh dari kebohongan ini adalah "makanlah makanan sampai habis agar ayamnya (peliharaan) tidak mati" dan "besok beli mainan 5, tetapi sekarang tidak usah beli ini ya (sesuatu yang tak dikehendaki orang tua)". Namun, ada efek buruk berbohong kepada anak meski bentuknya semacam itu.

Kerap mengucapkan kalimat yang tidak sesuai fakta akan memengaruhi masa depan dan masa kanak-di anak. Berikut ini adalah beberapa efek buruk dari kebohongan kepada anak, Dikutip VOI dari Bright Side.

Efek Buruk Berbohong kepada Anak meski Berupa White Lies

Membuat anak cemas

Penelitian telah menunjukkan bahwa kecemasan dan kebohongan berjalan beriringan seiring ketika orang tua berbohong kepada anak-anak mereka. Alasannya untuk melakukan white lies mungkin banyak sekali, tetapi tujuannya agar anak-anak patuh atau melakukan hal baik.

Memengaruhi hubungannya dengan Anda

Ikatan antara orang tua dan anaknya seringkali melemah karena kebohongan. Pada awal mengatakan hal yang tidak berdasarkan fakta, misalnya keseringan main gawai membuat mata jadi kotak, anak-anak mungkin akan percaya. Tetapi begitu mereka menemukan kebenaran maka rasa kecewa dan masalah kepercayaan bisa dialami oleh anak-anak.

Meniru orang tua

Orang tua adalah orang yang paling dekat dan dipercaya oleh anak-anak. Jika mereka dibohongi, mereka cenderung menyembunyikan kebenaran dari orang tua mereka. Alih-alih berbohong, orang tua harus mencoba menjelaskan berdasarkan nalar serta logika. Kejujuran dan kebenaran, bagi anak-anak bermakna untuk masa depannya. Mereka bisa merasa cukup percaya diri untuk menceritakan masalah mereka pada orang tuanya atau menyelesaikannya secara tepat.

Mengutip Unair News, dosen psikologi di Universitas Airlangga, Dr Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., mengatakan bahwa bahasa yang tidak menyakiti hati anak dan cara berkomunikasi yang baik lebih bisa diterima oleh anak alih-alih berbohong demi kebaikan. Sarannya, cobalah untuk berkomunikasi secara terbuka, soalnya ketika anak-anak mengetahui kalau orangtuanya berbohong maka ia akan mengambil jarak.

Orang tua adalah sumber informasi yang dianggap valid oleh anak-anaknya. Tatkala diwarnai kebohongan, dan dilakukan sering, bukan tak mungkin anak jadi ragu dan cenderung melakukan hal yang sama, yaitu berbohong untuk membangun jarak aman.

Artikel ini telah tayang dengan judul Mengenal Efek White Lies pada Anak, Berbohong untuk Kebaikan Ternyata Buruk.