ACEH – Posisi koalisi anti-Netanyahu di Israel semakin kuat. Kekuasaan Benjamin Netanyahu di pemerintahan Israel pun segera berakhir.
Bagi warga Israel, kepastian untuk pemerintahan yang definitif setelah empat kali pemilu merupakan hal penting. Namun, hal tersebut tidak berdampak bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza karena agenda pemerintahannya sama.
BACA JUGA:
Naftali Bennett, konglomerat sayap kanan Israel yang akan menggantikan Netanyahu, merupakan sosok yang mendukung perluasan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
Ia juga mengatakan bahwa pembentukan negara Palestina merupakan 'bunuh diri' bagi Israel. Ia bahkan menyalahkan Palestina dalam konflik yang terjadi antara kedua pihak.
"Kebenaran harus diberitahukan, perjuangan nasional antara Israel dan Palestina bukanlah atas wilayah. Orang-orang Palestina tidak mengakui keberadaan kami di sini, dan tampaknya ini akan terjadi untuk beberapa waktu," ungkap Bennett kepada stasiun televisi Israel Saluran 12, seperti dikutip Reuters, Jumat, 4 Juni.
Israel Tetap Sama di Mata Palestina
Sosok Bennet yang seperti itu, dalam pandangan warga Palestina akan menghadirkan pemerintahan Israel yang sama seperti sebelumnya. Warga Palestina mengatakan, penunjukan perdana menteri kali ini tidak kalah ekstrem dibanding Benjamin Netanyahu.
"Dia (Bennett) akan memastikan untuk mengungkapkan betapa ekstremnya dia di pemerintahan," ungkapnya.
Sentimen serupa diungkapkan oleh pegawai pemerintah di Gaza, Ahmed Rezik. Ia mengatakan, tidak akan ada perbedaan antara satu pemimpin Israel dengan yang lainnya.
"Mereka baik atau buruk bagi bangsa mereka. Dan ketika itu datang kepada kita, mereka semua jahat, dan mereka semua menolak untuk memberikan hak dan tanah mereka kepada orang-orang Palestina," terang Rezik.
Sementara, anggota Garda Revolusi Fatah Dimitri Diliani, mengatakan bahwa tidak banyak yang akan berubah dan bisa diharapkan dari pemerintah Israel yang akan datang.
"Itu bukan perjuangan antara kelompok pro dan anti-perdamaian. Bagi kami, mengganti satu pemerintahan rasis dengan yang lain, tidak memberikan banyak perbedaan. Kami senang melihat Netanyahu digantikan, tapi kami tidak menyambut Bennett," tuturnya seperti dikutip dari Sputniknews.
Pun demikian dengan Hamas, kelompok Islam yang menguasai Jalur Gaza. Bagi Hamas, siapa pun yang memerintah Israel tidak ada bedanya.
"Palestina telah melihat lusinan pemerintah Israel sepanjang sejarah, kanan, kiri, tengah, begitu mereka menyebutnya. Tetapi mereka semua bermusuhan ketika menyangkut hak-hak rakyat Palestina kami dan mereka semua memiliki kebijakan ekspansionisme yang bermusuhan," tegas juru bicara Hazem Qassem.
Sebagai informasi, Bennett telah menjadi pendukung kuat untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang direbut dan diduduki Israel dalam perang 1967.
Akan tetapi, dalam pernyataan publik pertamanya tentang masalah ini dalam beberapa hari terakhir, ia tampaknya mengusulkan kelanjutan status quo, dengan beberapa pelonggaran kondisi bagi warga Palestina.
"Pemikiran saya dalam konteks ini adalah untuk mengecilkan konflik. Kami tidak akan menyelesaikannya. Tapi di mana pun kami bisa (memperbaiki kondisi), lebih banyak titik persimpangan, lebih banyak kualitas hidup, lebih banyak bisnis, lebih banyak industri, kami akan melakukannya," terang Bennett.
Artikel ini telah tayang di VOI.id dengan judul Palestina: Kami Senang Netanyahu Digantikan, Tapi Tidak Menyambut Naftali Bennett. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!