MPR Dorong Peningkatan Peran Perempuan di Ruang Publik, Pahlawan Aceh Jadi Percontohan
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat/Foto: Antara

Bagikan:

ACEH - Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat, menjelaskan soal pentingnya konsistensi peningkatan kontribusi peran perempuan di ruang-ruang publik. Dia mengatakan bahwa hal tersebut sangat penting sebab perempuan harus bisa keluar dari stereotip saat ini sehingga bisa lebih banyak berperan dalam mewujudkan kebijakan publik. Menurutnya, perempuan harus berani jadi manusia tidak sempurna.

"Selama ini perempuan selalu dicitrakan harus menjadi manusia yang sempurna. Untuk meningkatkan perannya dalam setiap kebijakan publik, perempuan harus berani untuk menjadi tidak sempurna dengan memecahkan tembok kaca stereotip yang mengungkungnya," terang Lestari dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 20 Juni, dikutip VOI.

Peran Perempuan Aceh di Ruang Publik

Pernyataan tersebut dia sampaikan saat menjadi pembicara kunci dalam webinar dengan tema “Diaspora Global Aceh Revisiting Pahlawan Perempuan Aceh Dalam Kepemimpinan Perempuan” yang digelar pada Sabtu, 18 Juni.

Menurut dia, berkorban untuk menjadi manusia yang tidak sempurna serta keluar dari stereotip yang mengungkung perempuan adalah tantangan besar supaya keterlibatan perempuan di ruang publik bisa meningkat.

Dia menjelaskan, perjuangan perempuan Aceh masa sekarang untuk berkontribusi di ruang publik seharusnya bisa lebih baik mengingat peran besar perempuan Aceh pada masa lalu.

“Adapun sejarah nusantara mencatat, perempuan telah menjadi bagian dari perjuangan bangsa Indonesia. Apalagi secara khusus perempuan Aceh memiliki kedaulatan dalam kerajaan Islam antara 1641--1699,” terangnya.

Dia memberikan contoh, Aceh memiliki banyak pahlawan perempuan, seperti Laksamana Keumalahayati (1550--1615), Tjut Nyak Dien (1848--1908), dan Cut Nyak Meutia (1870--1910).

Peran Perempuan Indonesia di Ruang Publik

Dia mengatakan, saat ini perempuan di Indonesia masih berjuang untuk mewujudkan peningkatan keterwakilannya di parlemen menjadi 30 persen. Dia mengutip data World Bank (2019), Indonesia menduduki peringkat ke-7 se-Asia Tenggara untuk keterwakilan perempuan di parlemen.

“Data tersebut memperlihatkan partisipasi perempuan Indonesia dalam parlemen masih terbilang rendah. Karena itu, berbagai upaya untuk mendorong agar perempuan mampu keluar dari stereotip yang mengukungnya selama ini harus terus diupayakan,” katanya.

Ia menilai, pemberdayaan dari sisi pendidikan dan pengetahuan agar mampu membuka cakrawala berpikir para perempuan. Selain itu menurut dia, masyarakat harus konsisten dan masif dilakukan agar tercipta kemandirian yang sangat berguna untuk meningkatkan peran perempuan di ruang-ruang publik.

Artikel ini telah tayang dengan judul MPR Minta Perempuan untuk Tampil Tidak Sempurna, kok Bisa?