Harga Elpiji dan Pertalite Akan Naik, Menteri ESDM Beri Penjelasan
Menteri ESDM, Arifin Tasrif. (Foto: Kementerian ESDM)

Bagikan:

ACEH - Dalam beberapa waktu terakhir rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) RON 90 atau pertalite dan gas elpiji 3 kilogram (kg) ramai dibicarakan. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, kenaikan harga elpiji dan pertalite tidak akan membebani masyarakat.

"Kita pasti akan melakukan evaluasi-evaluasi, dan tidak mungkin kita akan membebankan masyarakat dengan beban yang demikian berat secara drastis," kata Arifin, dikutip VOI, Senin 18 April.

Langkah Pemerintah Terkait Elpiji dan BBM Pertalite

Dia mengatakan, saat ini fokus pemerintah adalah memastikan agar pasokan BBM dan elpiji (liquified petroleum gas/LPG) terjaga dengan baik di tengah tingginya harga komoditas energi.

"Berbagai evaluasi terus dilakukan, termasuk penyaluran BBM dan LPG tepat sasaran sehingga menghasilkan efisiensi yang dapat mengurangi beban subsidi energi," ujarnya.

Upaya pemerintah terkait evaluasi antara lain berupa validasi data kependudukan di Data Terpadu Kesejahteran Sosial (DTKS). PT Pertamina (Persero) juga telah memproses digitalisasi sistem pengisian BBM di SPBU. Selain itu, dilakukan pula pengawasan langsung serta pemberian sanksi terhadap pelaku penyalahgunaan BBM subsidi.

Arifin mengungkapkan, dalam inspeksi mendadak yang dilakukannya beberapa waktu lalu di wilayah Kalimantan dan Sumatera, banyak ditemukan penyimpangan penyaluran BBM subsidi. Untuk itu, kedisiplinan masyarakat dalam mengkonsumsi energi sesuai haknya menjadi sangat penting.

"Dari kunjungan saya beberapa waktu yang lalu ke lapangan ditemukan banyaknya penyimpangan. (Penyimpangan) ini kalau bisa kita tertibkan, banyak yang bisa kita hemat. Ini merupakan bagian dari evaluasi kita. Saya yakin kebocoran kita cukup banyak, untuk itu sudah ada perangkat, yaitu sanksi terhadap penyalahguna BBM subsidi, yaitu hukuman enam tahun ditambah (denda) Rp60 miliar, ini akan kami sosialiasikan kembali," ujar Arifin.

Sanksi yang dimaksud Menteri Arifin tersebut tercantum dalam pasal 55 Undang Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, maupun pasal 94 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, yaitu Setiap orang atau Badan Usaha yang menyalahgunakan Pengangkutan dan/atau Niaga Bahan Bakar Minyak yang disubsidi oleh Pemerintah dipidana penjara paling lama enam tahun dan denda paling tinggi Rp60 miliar.

Upaya Penyaluran BBM secara Tepat

Selain itu, agar pendistribusian BBM bersubsidi lebih tepat sasaran kepada masyarakat yang berhak, saat ini sedang dilakukan revisi atas Peraturan Presiden nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.

Pemerintah, menurut Arifin, terus melakukan berbagai upaya secara internal yaitu bagaimana agar penyaluran BBM tepat sasaran sehingga terjadi efisiensi yang bisa mengurangi beban keuangan negara. Di samping itu, masyarakat juga didorong untuk hemat energi dan membangun kesadaran untuk dapat memanfaatkan energi seefektif mungkin.

"Kemudian yang kedua, eksternal, kita juga harus bisa mengimbau OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries/organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi) untuk bisa menambah kuota produksinya," pungkas Arifin.