Inilah Alasan Pasangan Suka Stalking Berdasarkan Penelitian
Ilustrasi pasangan stalking (Unsplash/Daria Nepriakhina)

Bagikan:

ACEH - Stalking atau menguntit atau memberikan perhatian berlebihan tanpa persetujuan bisa membuat orang lain tidak nyaman. Bentuk perilaku yang mungkin dilakukan berupa mengecek kontak ponsel, mengecek berbagai hal yang ada di media sosial, atau bahkan mengecek pesan-pesan yang ada di ponsel. Apakah Anda penasaran dengan alasan pasangan suka stalking

Sebuah hasil studi yang diterbitkan dalam Journal of Personality tahun 2021 menggali penyebab stalking. Peneliti menunjukkan bahwa alasan seseorang stalking adalah hasrat obsesif dan takut ditinggalkan. Dikutip VOI dari Psychology Today, obsesi dalam hubungan punya 8 komponen, antara lain perilaku pacaran yang berlebihan, kontak interaksional, kontak yang dimediasi (misalnya cyberstalking), pengawasan, invasi, pelecehan dan intimidasi, ancaman, hingga kekerasan.

Gairah obsesif juga berhubungan dengan harga diri dan ketergantungan terhadap hubungan sehingga hubungan romantis mendomisasi hidup pasangan tersebut. Empat penelitian menggali alasan perilaku stalking dari pasangan romantis.

Upaya Mengungkap Alasan Pasangan Suka Stalking

Studi pertama, melibatkan 223 peserta (114 laki-laki) dengan usia rata-rata 35 tahun. Rata-rata lama dalam hubungan dengan mantan pasangan atau pasangan romantis 4,4 tahun. Studi ini mengukur gairah romantis, pengalaman pelecehan, dan intrusi relasional obsesif. Ukuran variabel tersebut dikaitkan dengan gairah harmonis yang secara negatif memengaruhi perilaku agresif dan pelecehan. Sementara, gairah obsesif secara positif terkait dengan taktik pengejaran dan perilaku agresif.

Studi kedua, masih mengukur variabel yang sama, yaitu gairah romantis, komitmen terhadap hubungan, kepuasan hubungan, investasi dalam hubungan, kualitas alternatif, takut ditinggalkan, dan intrusi relasional obsesif. Ketakutan akan pengabaian dikaitkan secara negatif dengan gairah yang harmonis. Ketakutan ini juga memediasi hasrat obsesif dan keingian stalking.

Studi ketiga, menilai seberapa penting pasangan baginya yang dipengaruhi hasrat obsesif, hasrat harmonis, ketakutan ditinggalkan, dan taktik pengejaran. Hasil dari studi ketiga ini, partisipan yang memiliki pola pikir obsesif mengalami lebih banyak ketakutan akan pengabaian sehingga menggerakkan taktik pengejaran dan agresif.

Selanjutnya, studi keempat menemukan orang yang lebih takut ditinggalkan lebih berkemungkinan menggunakan taktik agresif. Beberapa alasan dari partisipan, hal yang menggerakkan taktik agresif ialah kekhawatiran bahwa pasangannya mungkin tertarik pada orang lain.

Takut Ditinggalkan

Takut diabaikan yang mendorong seseorang jadi obsesif. Penyebabnya, kepenuhan gairah tetapi tidak mengalami kepuasan dari aspek lain dalam kehidupan mereka sehingga mereka rela disibukkan dengan stalking pasangan romantisnya.

Perpisahan juga menjadi ancaman besar bagi harga diri. Ini menjelaskan mengapa mereka melakukan stalking dan sangat takut pasangan romantisnya meninggalkan mereka.