ACEH - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh, mengungkapkan bahwa sebanyak 1.831 anak di provinsi tersebut terkonfirmasi positif COVID-19. Sebanyak 21 anak meninggal dunia.
Ketua IDAI Aceh, Herlina Dimianti, mengatakan bahwa jumlah tersebut merupakan data akumulatif selama pandemi di Provinsi Aceh yang dikumpulkan melalui laporan IDAI di seluruh kabupaten/kota terkait perkembangan COVID-19 setiap pekan.
“Sampai Minggu, 20 Juni malam, ada total 1.831 anak di Aceh yang konfirmasi positif COVID-19. Dan yang meninggal dunia ada 21 orang, artinya angka kematian anak memang tinggi,” jelas Herlina di Banda Aceh, Senin, 21 Juni.
Ia mengatakan, pada awal laporannya, COVID-19 lebih banyak menyerang orang dewasa. Namun, penyakit tersebut disebabkan oleh virus sehingga siapa pun berpotensi terinfeksi, termasuk anak-anak berumur 0—18 tahun.
Kelompok anak, terang dia, juga rentan terinfeksi COVID-19, apalagi jika dalam komunitasnya ada yang positif. Bahkan, kata dia, data yang dikumpulkan IDAI di seluruh Indonesia, angka kematian pada anak akibat virus corona adalah 3—5 persen.
Penularan COVID-19 yang Terjadi pada Anak-Anak
Di Aceh, lanjut dia, penyebab kematian anak terinfeksi COVID-19 sama dengan orang dewasa, yang juga memiliki penyakit penyerta (komorbid).
“Data pada kita ini, komorbid yang ada sama anak itu seperti gizi, penyakit jantung, ada juga masalah neurologi. Jadi anak memiliki penyakit dasar lain, terinfeksi COVID-19, maka terjadilah kondisi yang memburuk,” katanya.
Menurut dia kelompok anak mayoritas tertular dari klaster keluarga, yakni ketika salah satu anggota keluarga positif maka anak ikut pelacakan (tracing) dan pemeriksaan (testing).
Ada juga yang tertular di lingkungannya, karena Aceh sudah terjadi transmisi lokal tinggi, sehingga jika ada anggota keluarganya tidak ada yang positif tetapi anak terkonfirmasi COVID-19.
Dia menambahkan kasus COVID-19 pada anak tersebut tersebar di seluruh kabupaten/kota di Aceh, namun paling banyak asal Kota Banda Aceh yang mencapai 829 anak, Kabupaten Aceh Besar 186 anak dan Kabupaten Bireuen 154 anak.
BACA JUGA:
Dari 1.831 anak itu, 1.284 orang diantaranya positif terinfeksi COVID-19 tetapi tidak memiliki bergejala sehingga hanya membutuhkan isolasi mandiri di rumah agar tidak menularkan ke warga lainnya.
Sementara, sebanyak 547 anak yang positif COVID-19 lainnya punya gejala sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit rujukan.
“Itu data secara akumulatif yang kita kumpulkan sejak Mei 2020. Artinya sekarang sudah banyak juga yang selesai isolasi dan perawatan sehingga sudah dinyatakan sembuh,” katanya.
Menurut IDAI, penerapan protokol kesehatan di Aceh masih renggang. Ia mengimbau masyarakat untuk terus disiplin menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker dan menjaga jarak saat beraktivitas di tengah masyarakat.
“Dari awal sudah dikatakan bahwa protokol kesehatan itu sangat penting dalam upaya pengendalian penyebaran COVID-19 ini,” tandas Herlina Dimianti.
Artikel ini telah tayang di VOI.id dengan judul Kabar Duka dari Aceh, Sebanyak 1.831 Anak Positif COVID-19, 21 di Antaranya Meninggal Dunia. Waktunya Merevolusi Pemberitaan!