ACEH - Rasa khawatir melakukan kesalahan atau merasa bersalah atas suatu hal adalah hal normal dan bisa dialami oleh siapa pun. Jika ini terjadi secara wajar dan diikuti dengan klarifikasi serta pertanggungjawaban atas sebuah tindakan maka hal tersebut bukanlah masalah. Namun, jika seseorang terus-menerus merasa bersalah tanpa ada validasi, bisa jadi itu adalah gejala guilt complex.
Mengenal Guilt Complex
Apa itu guilt complex? Dikutip VOI dari Verywell Mind, guilt complex mengacu pada keyakinan terus-menerus bahwa seseorang telah melakukan kesalahan atau akan melakukan kesalahan. Selain perasaan bersalah dan kekhawatiran yang terus-menerus, guilt complex juga menimbulkan rasa malu dan cemas. Orang yang mengalami guilt complex berpikir bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang salah, padahal sebenarnya tidak.
BACA JUGA:
Dalam kasus tertentu, orang dengan guilt complex mungkin melebih-lebihkan peran mereka dalam suatu situasi. Dengan demikian, mereka percaya atau merasa kesalahan kecil mereka berdampak lebih serius daripada yang sebenarnya. Kondisi ini tidak diakui dalam kategori Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), meskipun rasa bersalah dapat membuat seseorang mengalami stres.
Rasa bersalah yang berlebihan dan merasa diri tidak pantas dikaitkan dengan beberpapa kondisi kesehatan mental, seperti depresi, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Rasa bersalah digambarkan sebagai emosi yang secara sadar melibatkan evaluasi negatif terhadap diri sendiri, perasaan tertekan, dan perasaan gagal.
Tanda Guilt Complex
Lalu, apakah Anda sedang mengalami persoalan ini? Ada beberapa tanda guilt complex, antara lain kecemasan, menangis, insomnia, ketegangan otot, emosi yang sangat kuat terhadap kesalahan masa lalu, menyesal, sakit perut, dan khawatir.
Ketika mengalami tanda-tanda di atas, seseorang bisa merasa cemas, depresi, dan stres termasuk sulit konsentrasi, kehilangan minat, kelelahan, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Faktor yang dapat menyebabkan guilt complex antara lain kecemasan karena evaluasi negatif pada diri sendiri, pengalaman masa anak-anak, pernah bertentangan dengan norma budaya tempat dibesarkan dan tak lagi percaya atau mendukung norma tersebut, dan hukum agama yang menunjuk seseorang telah melakukan sesuatu yang salah.
Selain mengenali tanda dan penyebabnya, perlu juga dikenali bahwa rasa bersalah merupakan perasaan alami dan normal. Kadang respons emosi ini diambil untuk bisa beradaptasi bahkan memotivasi. Pada kondisi yang lain, rasa bersalah juga dialami ketika berada pada hal di luar kendali. Di samping itu, rasa bersalah juga respons rasa takut ataupun masalah eksistensial berkaitan dengan ketidakadilan.
Cara Mengatasi Rasa Bersalah Berlebih
Untuk mengatasi rasa bersalah terus-menerus yang mengganggu ketenangan dan kesuksesan, ahli menyarankan tiga langkah sederhana. Pertama, membingkai ulang situasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi hadirnya pikiran bersalah. Kemudian, carilah cara untuk mengalihkan fokus ke pikiran negatif. Lebih baik berpikiran positif dan lebih realistis.
Kedua, memaafkan diri sendiri dengan mengambil tanggung jawab, menebus kesalahan, dan mengambil cara untuk move on. Ketiga, berbicara dengan seseorang atau berbagi perasaan dengan orang terdekat.
Ketika rasa bersalah muncul secara terus-menerus meski telah mencoba cara di atas, penting bagi orang dengan guilt complex mencari bantuan profesional, seperti dokter atau ahli kesehatan mental.