Bagikan:

JAKARTA - Tuberkulosis (TB) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia, terlebih karena penyakit ini banyak menyerang kelompok usia produktif.

Rentang usia 45–54 tahun yang umumnya merupakan tenaga kerja aktif di berbagai sektor menjadi kelompok dengan prevalensi tinggi kasus TB. Kondisi ini tentu berdampak tidak hanya pada kesehatan individu, tetapi juga terhadap produktivitas dan stabilitas ekonomi.

Melihat situasi tersebut, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Tjandra Yoga Aditama, menegaskan pentingnya keterlibatan lingkungan kerja dalam upaya pencegahan dan pengendalian TB. Menurutnya, intervensi di tempat kerja dapat memberikan dampak signifikan dalam menurunkan angka kasus.

"Perusahaan perlu berkomitmen dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan, terutama melalui edukasi, penyuluhan, skrining TB, hingga pendampingan pengobatan bagi karyawan yang terdampak," ujar Tjandra dalam peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia, seperti dikutip ANTARA.

Ia menjelaskan bahwa kolaborasi bisa dilakukan melalui dua pendekatan utama: pertama, kerja sama langsung antara perusahaan dengan fasilitas layanan kesehatan terdekat; kedua, kemitraan multipihak antara perusahaan, pemerintah, dan organisasi masyarakat—seperti organisasi profesi medis maupun kelompok sosial seperti Pramuka.

Tjandra juga menepis anggapan keberadaan pasien TB di tempat kerja akan membawa kerugian bagi perusahaan. Justru sebaliknya, ia menegaskan bahwa TB adalah penyakit yang bisa disembuhkan secara tuntas, dan pengobatannya pun tersedia secara gratis di fasilitas kesehatan pemerintah.

“Kalau pekerja yang terinfeksi berhasil sembuh, tentu akan kembali bekerja secara optimal. Itu artinya, produktivitas perusahaan juga akan meningkat,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah aset utama perusahaan. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kesehatan karyawan termasuk deteksi dini dan penanganan TB merupakan bentuk investasi yang tidak bisa diabaikan.

Sebagai langkah strategis, Tjandra mengusulkan agar Puskesmas memiliki data lengkap mengenai perusahaan yang berada di wilayah kerja mereka. Kemudian koordinasi dan intervensi kesehatan masyarakat dapat lebih terarah.

Ia juga menyarankan agar Dinas Kesehatan DKI Jakarta menggandeng Puskesmas dalam mengembangkan program kesehatan kerja yang menyasar penyakit menular seperti TB.