JAKARTA - Dalam rangka melestarikan kekayaan budaya Nusantara, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Barat.
Kunjungan ini menjadi wujud nyata komitmen pemerintah dalam menjaga warisan budaya sekaligus mendorong pengembangan museum sebagai destinasi wisata edukatif.
Dalam kunjungannya, Fadli Zon menghadiri pertemuan di Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XII, Pontianak, bersama Wakil Gubernur Kalimantan Barat Krisantus Kurniawan, Ketua BPK XII Juliadi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rita Hastarita, serta perwakilan komunitas budaya, seniman, dan masyarakat adat. Diskusi ini berfokus pada penguatan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelestarian budaya lokal serta pemanfaatan potensi budaya untuk kesejahteraan masyarakat.
“Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk memajukan kebudayaan melalui pendekatan kolaboratif. Kami mendukung komunitas budaya dan pelaku seni dalam menjaga identitas bangsa melalui ruang interaksi seperti taman budaya dan museum,” ujar Fadli Zon.
Kalimantan Barat dikenal memiliki keragaman budaya yang kaya, mulai dari adat istiadat, seni tradisional, hingga situs bersejarah. Fadli Zon menekankan pentingnya menjaga dan mempromosikan kekayaan ini agar dikenal lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Salah satu lokasi yang dikunjungi adalah Tugu Khatulistiwa, ikon Kota Pontianak yang memiliki nilai sejarah dan geografis penting. Dibangun pada tahun 1928 dengan material kayu belian atau ulin yang khas Kalimantan, tugu ini menjadi simbol posisi geografis Pontianak di garis khatulistiwa.
Fadli Zon menyatakan dukungannya untuk mengusulkan Tugu Khatulistiwa sebagai Cagar Budaya Nasional guna meningkatkan daya tarik wisata dan memperkuat identitas lokal.
Selain itu, Fadli Zon mengunjungi Museum Provinsi Kalimantan Barat yang menyimpan lebih dari 6.000 koleksi budaya dari berbagai etnis seperti Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Museum ini menampilkan koleksi mulai dari replika fosil prasejarah hingga artefak budaya suku Dayak dan keramik hasil akulturasi budaya.
“Museum bukan hanya tempat menyimpan sejarah, tapi juga media edukasi dan refleksi peradaban. Di era digital ini, museum perlu memanfaatkan teknologi untuk menarik generasi muda dan memperluas jangkauan edukasi,” tegas Fadli Zon.
Ia juga mendorong pemerintah daerah untuk memaksimalkan peran museum sebagai pusat kebudayaan dan daya tarik wisata. Dengan pengelolaan yang tepat, museum dapat menjadi ruang kreatif dan sumber pendapatan daerah.
BACA JUGA:
Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, menyambut baik dukungan tersebut dan menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga serta mengembangkan potensi budaya Kalbar.
“Budaya adalah aset yang tidak ternilai. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah pusat, daerah, dan komunitas budaya, kita dapat memajukan sektor pariwisata sekaligus melestarikan identitas lokal,” kata Krisantus.
Saat ini, Kementerian Kebudayaan mengelola 20 museum dan 34 cagar budaya di seluruh Indonesia. Namun, pemanfaatannya masih belum optimal. Oleh karena itu, Fadli Zon mengajak seluruh pihak untuk aktif mengembangkan program berbasis museum, seperti pameran tematik dan diskusi budaya, serta memanfaatkan teknologi digital dalam pelestarian budaya.
Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam memperkuat pelestarian budaya di Kalimantan Barat, menjadikan museum sebagai pusat edukasi dan destinasi wisata, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga warisan budaya bangsa.