4 Alasan Harga Diri Anak Lemah yang Bisa Dikenali Orang Tua 
Ilustrasi (Cottonbro Studio/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Anak kecil cenderung memiliki tingkat harga diri yang relatif tinggi. Namun seiring dengan permulaan usia dua belas tahun, harga diri yang rendah bisa jadi jadi masalah yang lebih besar. Ada sejumlah alasan yang saling terkait mengapa harga diri rendah mulai muncul pada masa pra remaja.

Membandingkan diri dengan orang lain

Antara usia enam hingga 11 tahun, anak-anak mulai secara aktif membandingkan diri mereka dengan teman sebayanya. Perbandingan sosial yang baru ditemukan ini terjadi karena alasan kognitif dan sosial.

Psikolog Erik Erikson, dilansir dari Very Well Family, Kamis, 4 April, percaya bahwa membandingkan diri merupakan hal terbesar yang dihadapi anak pada usia ini.  Konflik utama mereka, menurutnya, berpusat pada pengembangan rasa kompetitif atau perasaan kompeten, sambil menghindari rasa rendah diri.

Merasa Tidak Kompeten

Sebagaimana dicatat Erikson, beberapa anak menyadari bahwa upaya mereka tidak sebaik upaya teman-temannya dan mulai merasa rendah diri. Namun yang perlu diperhatikan, perasaan tidak kompeten tidak selalu menyebabkan rendahnya harga diri. Jika kinerja buruk seorang anak terjadi pada bidang yang tidak dia gemari, misalnya atletik, kecil kemungkinan harga dirinya akan terpengaruh. Namun, jika dia tidak kompeten dalam bidang yang dia anggap penting, seperti bidang akademis, dia berisiko mengembangkan harga diri yang rendah.

Meningkatnya Tekanan Kemampuan

Tekanan kemampuan juga meningkat di umur 12 tahun. Selama masa kanak-kanak awal dan menengah, orang tua dan guru cenderung memuji upaya apa pun, besar atau kecil, buruk atau sangat baik. Namun, ketika masa remaja semakin dekat, orang dewasa mulai berharap lebih dari anak-anak. Akibatnya, remaja tidak hanya membuat perbandingan sendiri antara dirinya dan teman sebayanya, namun mereka juga menyaksikan orang dewasa membuat perbandingan yang sama.

Ketidaksetujuan yang Dirasakan Dari Orang Lain

Ketika ekspektasi kemampuan pada anak dari orang tua dan guru meningkat, remaja mulai merasakan kekecewaan dari orang dewasa. Apakah harga diri anak akan terpengaruh tergantung pada bagaimana orang tua menyampaikannya pada anak. Jika penolakan datang dari seseorang yang tidak disukai anak, guru yang galak, misalnya anak tidak akan mempertimbangkan penilaian tersebut dalam hati dan harga dirinya akan tetap tinggi. 

Namun, jika anak yakin bahwa orang tua tercinta atau guru yang dipercayanya kecewa terhadapnya, anak dapat mengembangkan rasa harga diri rendah. Maka jelaslah bahwa orang tua dapat memainkan peran kunci dalam membantu anak-anak menjaga harga diri yang sehat.