JAKARTA - Pernahkah Anda mendengar tentang BDSM? Ini merupakan variasi hubungan intim yang semakin populer setelah digunakan dalam cerita trilogi film Fifty Shades, yakni Fifty Shades of Grey, Fifty Shades of Darker, dan Fifty Shades of Freed.
BDSM sendiri merupakan praktik sensual yang melibatkan berbagai aspek, seperti dominasi, penyerahan, serta penggunaan elemen kontrol dan kekuasaan dalam hubungan seksual.
Bagi sebagian orang, BDSM bukan sekadar aktivitas seksual, tetapi juga sebuah gaya hidup yang didasarkan pada kepercayaan, batasan yang disepakati, dan eksplorasi keintiman.
1. Apa itu BDSM?
BDSM merupakan singkatan dari bondage (perbudakan), discipline (disiplin), dominance (dominan), submission (penyerahan), dan masochism (masokisme). Pada hubungan seksual ini, salah satu pihak bertindak lebih dominan, sedangkan yang lainnya akan mengadopsi peran penurut.
Dalam BDSM, hubungan seksual dilakukan dengan menggunakan berbagai alat. Mulai dari cambuk, rantai, borgol, penutup mata, dan lainnya.
Bondage (perbudakan) mengacu pada satu pihak yang membatasi pergerakan pihak lainnya, bisa dengan menggunakan tali dan borgol. Discipline (disiplin) adalah tentang aturan yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Dominance (dominan) adalah tindakan mengerahkan kendali fisik untuk pihak yang dominan. Submission (penyerahan) mengacu pada satu pihak yang memberikan keinginan dari pihak yang mendominasi.
Kemudian untuk masokisme adalah kesenangan yang mungkin dirasakan seseorang saat melihat pasangannya didominasi atau bahkan kesakitan. Ini tentang menimbulkan dan menerima rasa sakit dari proses hubungan seksual tersebut.
BACA JUGA:
2. Manfaat BDSM
Ahli kesehatan seksal dan psikolog, Anu Goel, mengatakan bahwa BDSM bisa memberikan kenikmatan yang berbeda dalam berhubungan seksual. Dengan BDSM juga bisa membantu menumbuhkan perasaan kuat, kepercayaan, dan kejujuran antara pasangan.
“Ada rasa rentan yang muncul ketika Anda melakukan BDSM. Pasangan harus menyerah atau mengambil kendali, dan itu juga membantu memperkuat hubungan mereka,” tutur Anu Goel, dilansir dari Healthshots, pada Jumat, 7 Maret 2025.
Studi yang diterbitkan di Journal of Sex Research juga menyatakan bahwa BDSM bisa membantu seseorang sembuh dari trauma, PTSD, serta masa lalu yang kasar. Ini karena ada dinamika yang berbeda yang dilakukan dalam BDSM.
“Dinamika kekuatan adalah area lain yang dapat menjadi fokus pasangan saat megambil bagian dalam seks BDSM,” tuturnya.
3. Dampak negatif
Namun, BDSM juga bisa berdampak negatif. Mulai dari cedera atau luka jika dilakukan di luar batas, terlebih saat menggunakan alat-alat yang biasa digunakan saat BDSM.
Perlu diingat juga, bahwa dalam melakukan hubungan seksual ini, sangat dianjurkan untuk menghindari menggabungkannya dengan alkohol atau obat terlarang. Ini bisa menimbulkan aktivitas BDSM yang berlebihan, yang berisiko cedera bahkan kematian.