Bagikan:

JAKARTA - Saat menjalankan puasa, banyak orang mengeluhkan gejala panas dalam, seperti tenggorokan kering, sakit kepala, atau rasa tidak nyaman di mulut dan tenggorokan.

Meskipun panas dalam bisa terjadi kapan saja, kondisi ini lebih sering dialami saat berpuasa karena beberapa faktor yang memengaruhi keseimbangan tubuh.

Berikut 6 penyebab utama panas dalam saat puasa, seperti dilansir dari laman rsum.bandaacehkota.go.id.

1. Dehidrasi

Salah satu penyebab utama panas dalam saat puasa adalah kurangnya asupan cairan, yang dapat menyebabkan dehidrasi. Ketika tubuh kekurangan cairan, produksi air liur berkurang, sehingga tenggorokan menjadi kering dan terasa tidak nyaman.

Selain itu, dehidrasi juga dapat memengaruhi saluran pencernaan, membuat mulut dan tenggorokan lebih sensitif serta meningkatkan risiko panas dalam.

Karena hanya bisa minum antara waktu berbuka dan sahur, tubuh tidak selalu mendapatkan cukup cairan untuk menjaga keseimbangan hidrasi sepanjang hari. Jika tidak diimbangi dengan konsumsi air yang cukup saat berbuka dan sahur, gejala panas dalam bisa semakin parah.

2. Perubahan Pola Makan

Puasa menyebabkan perubahan pola makan yang signifikan. Makan hanya pada waktu tertentu membuat tubuh harus beradaptasi dengan jeda yang lebih panjang tanpa asupan makanan dan minuman. Saat berbuka, banyak orang mengonsumsi makanan pedas, asam, atau berlemak dalam jumlah berlebihan, yang dapat mengiritasi tenggorokan dan lambung.

Selain itu, konsumsi makanan berat dalam waktu singkat dapat memperlambat proses pencernaan. Hal ini menyebabkan peningkatan asam lambung, serta memicu gangguan pencernaan yang sering dikaitkan dengan panas dalam.

3. Kualitas Tidur yang Buruk

Selama bulan puasa, pola tidur juga sering terganggu. Banyak orang tidur larut malam setelah berbuka dan bangun lebih awal untuk sahur, yang menyebabkan kurangnya waktu istirahat. Tidur yang tidak cukup atau kurang berkualitas dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan peradangan, termasuk pada saluran pernapasan dan tenggorokan.

4. Stres dan Kelelahan

Puasa bisa memengaruhi energi fisik dan mental. Ketika tubuh merasa lelah atau stres akibat kurangnya asupan energi sepanjang hari, sistem imun bisa melemah. Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi ringan atau peradangan, termasuk di area tenggorokan dan mulut, yang sering dikaitkan dengan panas dalam.

5. Udara Kering

Lingkungan juga berperan dalam munculnya panas dalam. Udara kering, terutama di musim panas atau di ruangan ber-AC, dapat mengurangi kelembapan di sekitar kita. Kondisi ini membuat tenggorokan lebih cepat kering dan rentan terhadap iritasi, yang pada akhirnya memicu gejala panas dalam.

6. Pengaruh Merokok

Bagi perokok, puasa bisa memperparah efek negatif rokok pada tubuh. Merokok menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mulut, dan tenggorokan. Saat berpuasa, tubuh tidak bisa segera membersihkan diri dari zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok. Akibatnya, risiko iritasi dan peradangan semakin meningkat, yang dapat memperparah gejala panas dalam.