Bagikan:

JAKARTA - Pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) adalah metode diet yang dirancang untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mencegah hipertensi.

Pola makan ini menekankan konsumsi makanan tinggi serat seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, serta sumber protein sehat seperti ikan, unggas, dan produk susu rendah lemak. Pendekatan ini juga membatasi asupan garam, lemak jenuh, dan makanan olahan untuk mendukung kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Ahli gizi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (RSPON), Anggita Marlida Septiani, S.Gz, menyarankan pasien pascastroke untuk menerapkan pola makan dengan gizi seimbang melalui diet DASH.

“Di Indonesia, diet ini dikenal sebagai diet DASH. Diet ini bertujuan untuk mencegah dan mengontrol tekanan darah tinggi,” ujar Anggita seperti dikutip ANTARA.

Berdasarkan pemaparannya, komposisi dalam diet DASH didominasi oleh serat yang berasal dari sayur dan buah-buahan, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan atau biji-bijian, serta protein dari ikan dan unggas.

Pasien pascastroke dianjurkan untuk mengonsumsi sayur hingga tiga kali dalam sehari atau maksimal empat hingga lima porsi yang cukup dalam sehari.

“Dalam satu hari, kita makan tiga kali, maka sebaiknya konsumsi sayur juga tiga kali. Jangan hanya menambahkan sedikit sayur dalam makanan, misalnya bubur atau nasi tim hanya dengan dua sendok makan sayur. Itu tidak cukup,” jelasnya.

Jika pasien mengalami gangguan oromotor atau kesulitan mengunyah dan menelan, tekstur makanan dapat dimodifikasi tanpa mengabaikan asupan protein dari sumber seperti ayam, ikan, tahu, tempe, serta sayuran dan buah.

Untuk kebutuhan lemak, pasien masih diperbolehkan mengonsumsi minyak dalam jumlah yang wajar, misalnya untuk menumis. Namun, Anggita menekankan pentingnya membatasi konsumsi natrium atau garam, termasuk makanan olahan yang tinggi kandungan garam serta jeroan.

“Jeroan memiliki kandungan natrium yang tinggi. Begitu juga dengan makanan olahan seperti nugget, sosis, kornet, atau makanan kalengan seperti sarden yang mengandung banyak pengawet. Semua ini sebaiknya dibatasi,” imbuhnya.

Sumber karbohidrat seperti nasi putih, beras merah, beras cokelat, kentang, dan ubi masih dapat dikonsumsi, tetapi dengan porsi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Untuk camilan, biskuit atau crackers boleh dikonsumsi dalam kondisi tertentu seperti saat dalam perjalanan, tetapi tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan. Anggita juga merekomendasikan untuk mengurangi penggunaan bumbu penyedap dan menggantinya dengan bumbu alami atau rempah-rempah agar makanan tetap terasa lezat tanpa tambahan garam yang berlebihan.

Metode memasak yang dianjurkan termasuk memanggang dan mengukus, namun menggoreng masih diperbolehkan dengan frekuensi yang dibatasi.

“Hindari konsumsi makanan yang digoreng terus-menerus dari pagi hingga malam setiap hari,” pesan Anggita.