YOGYAKARTA - Ketika menghadapi sebuah masalah, berpikir positif menjadi salah satu kunci untuk menangani hal tersebut. Sebab, saat masalah hadir dan Anda menjadi cemas memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi, pikiran Anda akan semakin ruwet. Namun, saat Anda bercerita kepada seseorang, terkadang Anda malah mendapatkan toxic positivity dan hal ini tentunya berbahaya. Mengapa toxic positivity berbahaya? Simak ulasannya di bawah ini.
Seperti yang umumnya terjadi, pikiran yang cenderung negatif ini dapat membuat masalah tidak terselesaikan, menumpuk, dan menjadi pemicu stres.
Oleh karena itu, sebagian besar orang berkeyakinan untuk selalu berpikir positif ketika menghadapi masalah. Namun, anggapan ini tentu tidak sepenuhnya benar.
Sebab, berpikir positif yang Anda gunakan sebagai tameng untuk menghadapi masalah juga ada batasannya. Jika hal tersebut sampai kebablasan, pikiran positif berisiko akan berubah menjadi racun bagi Anda.
Ketika Anda mendengar nasihat yang bersifat toxic positivity, hal ini tidak menjadikan kondisi Anda menjadi lebih baik. Bisa jadi malah bertambah buruk, khususnya bagi Anda yang memang mudah stres atau pernah mempunyai penyakit mental, misalnya depresi.
Mengapa Toxic Positivity Berbahaya?
Ada beberapa alasan mengapa toxic positivity dapat berdampak negatif bahkan berbahaya bagi kesehatan mental orang yang tengah berjuang menghadapi masalah. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Membuat seseorang mengingkari emosi sesungguhnya
Ketika seseorang menerima toxic positivity, ia cenderung akan menolak emosi yang dirasakannya. Jika emosi sebenarnya ditutupi dan merasa “baik-baik saja” karena berpegang teguh dengan petuah yang bernuansa positif, ini akan menjadikannya menghindari situasi yang membuatnya tidak nyaman.
Sehingga, hal ini juga akan membuatnya tidak berani untuk menghadapi situasi yang membuatnya tidak nyaman atau takut. Misalnya gelas yang terus diisi air, tentu akan meluap airnya ketika wadahnya sudah penuh. Nah, jika emosi yang dirasakan tidak disadari dan dikeluarkan dengan benar, sewaktu-waktu berisiko meledak.
Demikian pula dengan masalah, akan semakin menumpuk dan memperparah kondisi mental Anda.
Menimbulkan perasaan disalahkan
Ketika seseorang mendapat kesulitan, ia membutuhkan pengakuan bahwa emosi yang dirasakan itu benar. Oleh sebab itu, ia akan mengungkapkan kepada seseorang mengenai masalah sekaligus emosi mereka pada orang yang dipercaya agar merasa lebih lega.
Sayangnya, ia malah menerima petuah yang kesannya positif tapi menimbulkan perasaan bahwa apa yang dirasakan adalah suatu hal yang salah.
BACA JUGA:
Tanda-tanda Toxic Positivity
Seseorang yang terpengaruh dengan petuah yang kesannya positif ini memang tidak terlihat dengan jelas. Namun, Anda dapat mengenali tanda-tandanya melalui beberapa hal di bawah ini:
- Saat mendapatkan masalah, Anda mulai menyalahkan diri sendiri, marah atau kecewa pada diri sendiri.
- Lebih memilih untuk menghindari atau membiarkan masalah daripada menghadapinya dan mencari solusinya.
- Anda mungkin merendahkan orang lain yang tidak mempunyai pemikiran positif ketika menghadapi masalah.
- Coba menyembunyikan perasaan atau emosi yang sebenarnya dirasakan, dan merasa Anda “baik-baik saja”.
Pada dasarnya, saat Anda mendapatkan sebuah masalah, langkah yang tepat adalah mencoba untuk mengondisikan diri agar lebih tenang. Selanjutnya, terimalah semua hal yang dialami saat ini sebagai sebuah proses pendewasaan bagi diri Anda. Dengan langkah menyadari dan menerima semua hal yang terjadi, Anda akan lebih bisa melihat peta permasalahan dari luar (out of the box). Setelah itu barulah tentukan solusi nyata secara teknis.
Demikianlah ulasan mengenai mengapa toxic positivity berbahaya. Semoga bermanfaat. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.