Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi pendapatan dari setoran dividen BUMN pada semester I 2024 mencapai sebesar Rp60,1 triliun atau setara 70 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

Adapun realisasi setoran dividen BUMN mengalami pertumbuhan sebesar 41,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp42,4 triliun.

"Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kenaikan setoran dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baik dari sektor perbankan maupun nonperbankan atas peningkatan kinerja keuangan BUMN," tulis dalam dokumen realisasi Semester I dan Prognosis Semester II APBN 2024, dikutip Jumat, 12 Juli.

Untuk diketahui, kenaikan setoran dividen BUMN masuk ke dalam pos pendapatan Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) turut menyumbang dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Kinerja positif Pendapatan KND pada semester I tahun 2024 diperkirakan akan tetap terjaga pada semester II tahun 2024 terutama didukung oleh peningkatan setoran dividen BUMN.

Berdasarkan hal tersebut, Prognosis Pendapatan KND pada semester II tahun 2024 diperkirakan akan mencapai Rp25.742,2 miliar atau 30 persen dari APBN tahun 2024. Secara keseluruhan, sampai akhir tahun 2024 realisasi Pendapatan KND diperkirakan mencapai Rp85.845,5 miliar atau 100,0 persen dari APBN tahun 2024.

Dalam periode semester I tahun 2024, dari lima variabel ekonomi makro yang menjadi dasar model macro stress test, terdapat satu variabel yang mengalami perubahan unfavourable atau melebihi stress test yang dilakukan yaitu kenaikan suku bunga jangka pendek sebesar antara 180 - 200 bps. Hal ini berdampak pada potensi peningkatan biaya bunga dan pokok pinjaman atau surat utang yang dapat menyebabkan penurunan penerimaan bagi Pemerintah dari dividen dan pajak BUMN.

Namun demikian, BUMN telah melakukan aksi korporasi diantaranya melalui percepatan pelunasan pinjaman atau pembelian kembali surat utang, hedging suku bunga melalui lembaga keuangan terkait, dan upaya terkait lainnya untuk meminimalisir dampak negatif tersebut.

Mempertimbangkan proyeksi kondisi geopolitik dan ekonomi global, risiko kenaikan suku bunga jangka pendek masih akan berlangsung sampai akhir tahun.

Pemerintah dan Bank Indonesia telah melakukan koordinasi untuk melakukan mitigasi atas risiko dimaksud diantaranya dengan menjaga ketersediaan likuiditas bagi sektor lembaga keuangan.

Adapun, kinerja PNBP pada semester II tahun 2024 diperkirakan akan didorong oleh pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND) dari setoran dividen BUMN serta pendapatan layanan dari beberapa K/L.

Sementara itu, pendapatan Sumber Daya Alam (SDA) masih akan mengalami tantangan terutama pada PNBP SDA Migas yang disebabkan oleh penurunan lifting migas walaupun ICP cenderung mengalami tren kenaikan.

PNBP SDA Nonmigas juga masih mengalami tekanan terutama pada sektor pertambangan mineral dan batubara yang dipengaruhi tren moderasi harga batubara. Namun demikian, secara keseluruhan sampai dengan akhir tahun 2024, PNBP diperkirakan masih mampu melebihi target APBN 2024.

Adapun, pendapatan negara dalam APBN 2024 diperkirakan akan mencapai Rp2.802,5 triliun dan belanja negara diperkirakan mencapai Rp3.412,2 triliun.